Jakarta (ANTARA) - Ketua Pusat Kajian Anti Korupsi Universitas Gadjah Mada (Pukat UGM) Oce Madril menilai keberhasilan proses ekstradisi terhadap buronan pembobol Bank BNI Maria Pauline Lumowa dari Serbia menjadi bukti komitmen pemerintah dalam menegakkan supremasi hukum.
"Betul (menegakkan supremasi hukum). Ini soal bagaimana komitmen yang kuat melahirkan tindakan yang kuat dari pemerintah untuk serius betul-betul memburu buronan," ujar Oce saat dihubungi di Jakarta, Selasa.
Oce mengatakan keberhasilan pemerintah memulangkan perempuan yang menjadi buron selama 17 tahun itu patut diapresiasi, terlebih antara Indonesia dan Serbia belum ada perjanjian ekstradisi.
Menurut dia, upaya-upaya pemerintah dalam memulangkan Maria, termasuk lobi-lobi tingkat tinggi yang dilakukan Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly dengan pemerintah Serbia, patut dijadikan pembelajaran dalam upaya memburu para buronan lainnya yang masih bersembunyi di luar negeri.
"Jadi menurut saya kasus ini harus dijadikan pelajaran bagaimana efektivitas menangkap kembali buronan, memulangkan mereka yang sebagian ada di luar negeri," kata dia.
Dalam kesempatan itu, Oce juga menyinggung mengenai proses ekstradisi terhadap Maria yang dilakukan tanpa melibatkan Tim Pemburu Koruptor (TPK).
Hal itu dia sampaikan berkaitan dengan wacana pemerintah untuk mengaktifkan kembali TPK. Oce menjadi salah seorang yang tidak menyetujui pengaktifan tim tersebut.
Menurut dia, pemerintah bisa menangkap para buronan "kelas kakap" tanpa harus membentuk TPK.
Oce meyakini, dengan kemauan yang kuat dan memaksimalkan tugas pokok dan fungsi para aparat penegak hukum, para buronan yang selama ini diburu pemerintah akan berhasil ditangkap.
"Jadi menurut saya kata kuncinya itu, kemauan, komitmen, nanti akan melahirkan tindakan-tindakan konkret," kata dia.
Sementara itu, peneliti bidang Hukum The Indonesian Institute Aulia Guzasiah mengingatkan pemerintah untuk terus berkomitmen melakukan upaya perburuan terhadap koruptor guna membuktikan bahwa supremasi hukum benar-benar telah ditegakkan.
"Setidaknya untuk menyatakan (supremasi hukum) telah benar-benar hadir, diperlukan adanya komitmen yang berkesinambungan dan kinerja yang konsisten dari pemerintah dan juga lembaga-lembaga penegak hukum lainnya," ucap dia.
Diketahui, pada Rabu (8/7), Menkumham Yasonna menyelesaikan proses ekstradisi terhadap Maria Pauline Lumowa dari pemerintah Serbia.
Yasonna mengatakan keberhasilan menuntaskan proses ekstradisi tersebut tidak lepas dari diplomasi hukum dan hubungan baik kedua negara.
Selain itu, kata dia, proses ekstradisi ini juga menjadi buah manis komitmen pemerintah dalam upaya penegakan hukum yang berjalan panjang.
"Ekstradisi ini sekaligus menunjukkan komitmen kehadiran negara dalam upaya penegakan hukum terhadap siapapun yang melakukan tindak pidana di wilayah Indonesia," kata Yasonna di Beograd, Serbia, Rabu (8/7).
Pauline Lumowa merupakan salah satu tersangka pelaku pembobolan kas bank BNI cabang Kebayoran Baru lewat Letter of Credit (L/C) fiktif dengan nilai sebesar Rp1,2 triliun.
Proses pemidanaan terhadap yang bersangkutan saat ini tengah ditangani oleh Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Mabes Polri.
Berita Lainnya
Pustral UGM: Taksi terbang merevolusi sistem transportasi Indonesia
Kamis, 12 Desember 2024 22:02 Wib
UGM mendukung pemenuhan gizi mahasiswa lewat program sarapan gratis
Minggu, 8 Desember 2024 21:45 Wib
Ahli Gizi UGM sebut makan gratis Rp10 ribu/porsi memungkinkan penuhi gizi
Sabtu, 7 Desember 2024 22:36 Wib
Fapet UGM mengembangkan pencegah hipertensi dari kolagen domba garut
Kamis, 5 Desember 2024 22:06 Wib
Guru Besar UGM meraih penghargaan akademik tertinggi Pemerintah Prancis
Kamis, 5 Desember 2024 18:08 Wib
PSKP UGM usulkan materi resolusi konflik masuk kurikulum pendidikan
Senin, 2 Desember 2024 13:54 Wib
Menteri PPPA nilai sebagian besar kasus kekerasan bermula dari gawai
Kamis, 28 November 2024 18:30 Wib
UGM soroti resolusi konflik di Tanah Air dalam Dies Natalis ke-75
Selasa, 26 November 2024 18:01 Wib