Gunung Kidul harapkan BNPB bantu angkat sumber air bawah tanah

id BNPB,BPBD Gunung Kidul ,sumber mata air bawah tanah,Kekeringan,Gunung Kidul

Gunung Kidul harapkan BNPB bantu angkat sumber air bawah tanah

Ilustrasi - Penyaluran air bersih oleh BPBD Kabupaten Klaten kepada warga (ANTARA/Aris Wasita)

Gunung Kidul (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengharapkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana membantu pengangkatan sumber mata air bawah tanah untuk mencukupi kebutuhan air bersih masyarakat yang setiap tahun mengalami kekeringan.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunung Kidul Edy Basuki di Gunung Kidul, Selasa, mengatakan sumber mata air bawah tanah di wilayah itu cukup banyak.

Hanya saja, katanya, belum dimanfaatkan untuk mencukupi kebutuhan air bersih masyarakat karena membutuhkan biaya tinggi.

"Harapan kami potensi sungai bawah tanah dapat dimanfaatkan untuk mencukupi air bersih masyarakat. Kami berharap Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memberikan dukungan pembangunan sumber mata air baru, seperti Bribin," kata dia.

Pihaknya akan melakukan komunikasi dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) dan Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan dan Kawasan Permukinan (DPUPKP) untuk pembuatan rencana induk dan rencana detail teknis (DED) sumber mata air yang bisa diangkat dengan harapan dapat dibiayai BNPB.

Selama ini, setiap tahunnya lebih dari 115 ribu jiwa warga setempat kekurangan air bersih.

Selain itu, anggaran distribusi air bersih di atas Rp500 juta belum termasuk dengan program tanggung jawab sosial perusahaan dari swasta dan perseorangan.

"Kalau BNPB dapat membantu pengangkatan sumber air bawah tanah, supaya kebutuhan air bersih masyarakat Gunung Kidul selalu terpenuhi sepanjang tahun," katanya.

Pihaknya mulai menyalurkan bantuan air bersih ke delapan dusun yang mengalami kekeringan parah. Namun, upaya itu masih kendala sebagian kendaraan tangki rusak.

Hari pertama penyaluran air bersih dilakukan di Kecamatan Semanu, yakni Pedukuhan Peyuyon, dan Banyumanik, Kalurahan Pacarejo, kemudian Pedusunan Ngalangombo, dan Sendang di Kelurahan Dadapayu. Untuk Kecamatan Rongkop di Kelurahan Karangwuni di Pedukuhan Karangwuni dan Kerdonmiri. Selain itu di Kelurahan Semugih, Pedukuhan Kemesu.

"Tahun ini tahap pertama dilakukan dua Kecamatan Semanu dan Rongkop. Masing-masing pedukuhan akan mendapatkan kiriman empat kali," kata dia.

Pihaknya menganggarkan Rp700 juta untuk penyaluran air bersih. Wilayah yang sudah mulai terdampak kekeringan di enam kepenenwon, dengan jumlah jiwa mencapai 101.181 orang. Adapun kepenewon yang sudah melaporkan data kekeringan di antaranya Girisubo, Tepus, Rongkop, Saptosari, Paliyan, dan Saptosari.

Pihaknya sudah meningkatkan status siaga darurat kekeringan sejak Mei 2020. Hal itu, agar masyarakat mewaspadai potensi kekeringan. Saat memasuki puncak kemarau kemungkinan akan ada tambahan permintaan penyaluran air dari kepenewon seperti Patuk, Gedangsari, Ngawen, hingga Semin.

Dia mengakui dalam penyaluran air bersih saat ini pihaknya hanya bisa menggunakan empat tangki dari tujuh tangki milik BPBD. Hal itu lantaran dua tangki harus menjalani perawatan karena rusak dan satu tangki digunakan untuk cadangan.

"Setiap tahun, kami laporkan terkait kondisi kendaraan kita," kata Edy.