Pemkot Yogyakarta gelar jamasan Tombak Kyai Wijaya Mukti jaga pusaka prima

id jamasan,pusaka,tombak,kyai wijaya mukti,yogyakarta

Pemkot Yogyakarta gelar jamasan Tombak Kyai Wijaya Mukti jaga pusaka prima

Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi dalam prosesi jamasan pusaka milik Pemerintah Kota Yogyakarta, Tombak Kyai Wijaya Mukti, Jumat (3/9/21) (ANTARA/Eka AR)

Yogyakarta (ANTARA) - Pemerintah Kota Yogyakarta kembali menggelar jamasan (memandikan/membersihkan) pusaka Tombak Kyai Wijaya Mukti sebagai cara untuk menjaga agar kondisi pusaka pemberian Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat pada 2000 tersebut tetap dalam kondisi prima meskipun tombak tersebut sudah berusia satu abad.

"Jamasan ini untuk membersihkan pusaka dengan cara mencucinya. Karena rutin dibersihkan dengan bahan-bahan yang baik, pusaka pun dalam kondisi yang prima meski sudah berusia 100 tahun," kata Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi usai melakukan jamasan Tombak Kyai Wijaya Mukti di Yogyakarta, Jumat.



Tombak pusaka dari Keraton Yogyakarta tersebut merupakan senjata yang dibuat pada 1921 pada masa pemerintahan Sri Sultan HB VIII. Pusaka tersebut kemudian diserahkan oleh Gubernur DIY Sri Sultan HB X kepada Pemerintah Kota Yogyakarta yang diterima oleh Wali Kota Yogyakarta R Widagdo (1991-2001).

Menurut Heroe, perawatan pusaka merupakan kegiatan yang wajib dilakukan karena membersihkan pusaka dapat diartikan dengan menjaga amanah atau kepercayaan yang sudah diberikan kepada Pemerintah Kota Yogyakarta.

"Pusaka ini dapat diibaratkan layaknya sebuah surat keputusan yang berisi amanah agar Pemerintah Kota Yogyakarta bekerja dengan baik untuk membawa kemajuan dan kesejahteraan bagi rakyatnya," katanya.

Amanah bagi pemimpin untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat tersebut juga tersirat dari pamor di mata tombak yaitu "wos wutah wengkon" yang melambangkan melimpahnya kemakmuran rakyat dan "dhapur kudhuping gambir" yang berarti titik awal dari berseminya harapan di Kota Yogyakarta.

Dalam budaya Jawa, pusaka bukan hanya berfungsi sebagai senjata atau alat, melainkan terhubung dengan unsur spiritual. Sehari-hari, pusaka tersebut ditempatkan di ruang kerja Wali Kota Yogyakarta Haryadi Suyuti.



Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta Yetty Martanti mengatakan jamasan pusaka merupakan bagian dari prosesi budaya yang perlu tetap dilestarikan meski dihadapkan pada banyak keterbatasan akibat pandemi COVID-19.

"Kegiatan dilakukan dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat, sehingga ada pembatasan pada tamu undangan," katanya.

Sebelum pandemi, lanjut Yetty, jamasan biasanya juga diikuti oleh banyak pusaka milik masyarakat umum, tetapi saat pandemi hanya dibatasi untuk pusaka yang ada di Pemkot Yogyakarta saja.
Pewarta :
Editor: Victorianus Sat Pranyoto
COPYRIGHT © ANTARA 2024