Pengamat: Presiden Jokowi ke Ukraina-Rusia torehkan sejarah damaikan konflik

id Pengamat pertahanan, Anton Aliabbas, Presiden Jokowi, kunjungi Ukraina dan Rusia, damaikan konflik

Pengamat: Presiden Jokowi ke Ukraina-Rusia torehkan sejarah damaikan konflik

Presiden RI Joko Widodo (kiri) dalam konferensi pers bersama Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) usai pertemuan kedua pemimpin di Istana Kremlin, Moskow, Rusia, Kamis waktu setempat (30/6/2022). (ANTARA/HO-Biro Pers Sekretariat Presiden/Laily Rachev)

Jakarta (ANTARA) -
Pengamat Pertahanan Anton Aliabbas berpendapat Presiden Joko Widodo ingin menorehkan sejarah bagi bangsa Indonesia dalam upaya mendamaikan konflik antara Ukraina dan Rusia.
 
"Presiden Jokowi ingin juga menorehkan sejarah sebagai pemimpin bangsa yang ikut andil dalam mendamaikan konflik antarnegara," kata Anton menanggapi kunjungan Presiden Jokowi ke Ukraina dan Rusia di tengah situasi perang, di Jakarta, Jumat.
 
Kepala Center for Intermestic and Diplomatic Engagement (CIDE) ini menyebutkan, pada lima tahun periode awal pemerintahan, Jokowi lebih banyak menghabiskan kepemimpinannya dalam penguatan diplomasi bilateral.
 
Namun, tersebut dikembangkan pada periode kedua dengan meningkatkan aktivitas pelaksanaan politik luar negeri dalam forum multilateral.
 
"Dan kunjungan ke Ukraina dan Rusia ini merupakan bentuk nyata dari pelaksanaan amanat pembukaan UUD 1945 yakni ikut serta dalam menjaga perdamaian dunia," ujarnya.
 
Langkah yang dilakukan Jokowi dengan mendatangi Kyiv dan bertemu Presiden Ukraina Zelensky tidaklah bebas risiko.
 
Sebab, perang masih berlangsung dan belum ada tanda-tanda akan berhenti. Apalagi, Rusia masih aktif melakukan serangan ke sejumlah tempat.
 
"Apa yang dilakukan Jokowi mendatangi dua negara bertikai tentu saja merupakan rangkaian dari upaya untuk menengahi konflik tersebut," ujarnya.
 
Sikap imparsialitas yang ditunjukkan Jokowi dengan aktif menemui dua pemimpin bertikai memang dibutuhkan oleh pihak yang menawari diri sebagai potensial mediator.
 
"Karena dengan begitu, ide-ide awal yang diungkapkan para pemimpin bertikai dapat diolah untuk menjadi tawaran agenda perundingan perdamaian," kata Anton.
 
Sekalipun secara kekuatan politik relatif, Indonesia masih kalah dari Rusia, akan tetapi Indonesia tetap mempunyai peluang untuk menjadi mediator.
 
"Dan salah satu titik kuncinya adalah penerimaan dari dua pihak yang bertikai. Dan sikap pemimpin Ukraina dan Rusia yang menerima kunjungan Jokowi merupakan signal awal penerimaan Indonesia sebagai potensial mediator," katanya.
 
 


Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Pengamat: Jokowi ke Ukraina-Rusia torehkan sejarah damaikan konflik