Film "Barbie" mencintai diri sendiri, menggemaskan

id Film Barbie,Warner Bros,Margot Robbie,Ryan Gosling

Film "Barbie" mencintai diri sendiri, menggemaskan

Cuplikan adegan dalam film "Barbie" 2023. (ANTARA/HO/Dokumentasi Warner Bros)

Jakarta (ANTARA) - Film “Barbie” yang sudah ditunggu-tunggu kehadirannya telah tayang di bioskop seluruh Indonesia mulai Rabu (19/7) ini. Tidak hanya menampilkan sisi cantik nan menggemaskan dari sosok Barbie yang diperankan oleh Margot Robbie, tetapi juga ada banyak hal yang dapat dipelajari dari film tersebut, salah satunya belajar mencintai diri sendiri.

Dalam penayangan perdananya di Indonesia pada Senin (17/7) lalu di Plaza Indonesia, Jakarta, film “Barbie” menghadirkan cerita segar dan menghibur untuk semua kalangan, tidak terkecuali untuk para pria dan orang dewasa. Sutradara Greta Gerwig berhasil meramu kisah Barbie dan menyuarakan hal-hal sensitif yang saat ini mulai banyak dibahas dalam bentuk film.

Film “Barbie” menceritakan tentang “Barbie Land,” yakni sebuah dunia imajinasi tempat Barbie dan para Barbie lainnya tinggal. Di dunia tersebut, para Barbie hidup dengan segala kesempurnaan tanpa cela sedikitpun bersama dengan para Ken dan Allan.

Suatu hari, Barbie (Margot Robbie) mengalami sebuah keanehan. Mulai dari bangun tidur, menyapa temannya, hingga cara berjalannya, Barbie tidak lagi melakukannya dengan cara “sempurna” dan mencoba berkonsultasi kepada salah satu Barbie yang dianggap aneh oleh warga “Barbie Land.”

Sebelumnya, Barbie aneh tersebut (Kathryn McKinnon) pernah menjadi Barbie tercantik di “Barbie Land.” Sayangnya, manusia pemilik yang memainkannya terlalu kasar dan mengubah penampilan Barbie tersebut menjadi terlalu eksentrik.

Menjadi diri sendiri ala Barbie

Di film “Barbie,” kita diperlihatkan bagaimana Barbie, para Barbie, dan penghuni di dalamnya harus selalu tampil sempurna. Tidak boleh berjalan dengan kaki datar, tidak boleh memiliki selulit di kulit, tidak boleh tampil berbeda, dan stigma lainnya yang mengarah pada “ketidaksempurnaan.”

Ketika Barbie diperlihatkan mulai menunjukkan ketidaksempurnaan tersebut, dirinya dan para Barbie lain berteriak histeris dan menyebut ketidaksempurnaan tersebut adalah hal yang aneh. Mulai dari sini, perjalanan Barbie untuk menerima dirinya akan segera ditelusurinya.

Saat pergi ke dunia nyata, ia bertemu dengan manusia pemiliknya yang ternyata bukanlah seorang anak-anak ataupun remaja, tetapi seorang ibu. Seorang ibu bernama Gloria (America Ferrera) yang memiliki seorang anak bernama Sasha (Ariana Greenblatt).

Gloria merupakan seorang ibu sekaligus wanita karier yang tengah lelah dengan rutinitasnya. Ia pun mulai memainkan Barbie kembali dan bereksplorasi dengan menghubungkannya ke dalam suatu hal yang sedang dipikirkannya, seperti kecemasan dan menjadi Barbie yang biasa saja.

Feminisme dan patriarki

Greta Gerwig dengan berani mengangkat isu yang selalu sensitif untuk dibahas, yakni isu feminisme dan budaya patriarki yang sudah jamak berakar di banyak negara seluruh dunia. Terbilang sensitif bukan tanpa sebab. Hal ini karena banyak kaum lelaki yang menganggap paham feminisme adalah sebuah penentangan terhadap mereka, meskipun masih banyak juga lelaki yang mendukung paham feminisme tersebut.

Alih-alih menampilkannya secara tersirat, Gerwig secara terang-terangan membahas isu tersebut dalam film “Barbie.” Di “Barbie Land,” semua Barbie dapat menjadi apapun, mulai dari presiden, pekerja konstruksi, dokter, perawat, dan lainnya.
Cuplikan adegan dalam film "Barbie" 2023. (ANTARA/HO/Dokumentasi Warner Bros)

Di sana, Barbie yang merupakan representasi dari wanita merupakan pemimpin di segala lini kehidupan. Semua hal dan keputusan di “Barbie Land” harus dilakukan atas persetujuan para Barbie sebagai pengambil keputusan utama.

Sementara itu, Ken dan para Ken serta Allan merupakan warga “Barbie Land” yang tidak memiliki kekuatan dan selalu mengikuti Barbie dan para Barbie lainnya. Meski demikian, mereka semua hidup dengan harmonis di “Barbie Land.”

Tanpa diduga, kekacauan tengah terjadi di “Barbie Land” setelah sempat ditinggal oleh Barbie ke dunia nyata. Hal tersebut terjadi karena paham baru yang dibawa oleh Ken sepulang dari dunia nyata, yakni paham patriarki.

Selain membahas wanita dan lelaki, film “Barbie” turut mengangkat hubungan antara anak yang sudah beranjak remaja dengan orang tuanya. Barbie sendiri merupakan mainan yang dikhususkan untuk anak-anak perempuan, meskipun tidak menutup kemungkinan dapat dimainkan oleh semua orang dari berbagai kalangan.

Gloria yang merasa kesepian karena Sasha, anaknya, sering mengacuhkan dirinya tersebut mulai memainkan kembali boneka Barbie yang sempat dimainkan dirinya bersama Sasha saat masih kecil.
Jangan lupa gunakan pakaian merah muda terbaik untuk menonton aksi Barbie dan kawan-kawannya ya!

 

Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Belajar menjadi diri sendiri dari film "Barbie"
Pewarta :
Editor: Herry Soebanto
COPYRIGHT © ANTARA 2024