Bakar Batu di Papua Pegunungan jadi warisan nenek moyang simbol perdamaian

id Ritual Bakar Batu, Mendes PDTT, Distrik Walesi, Kearifan Lokal

Bakar Batu di Papua Pegunungan jadi warisan nenek moyang simbol perdamaian

Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Abdul Halim Iskandar saat mengikuti Ritual Bakar Batu di Distrik Walesi, Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua Pegunungan pada Rabu (17/7/2024). ANTARA/Humas Kemendes PDTT

Jakarta (ANTARA) -
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT), Abdul Halim Iskandar memaknai Ritual Bakar Batu di Papua Pegunungan merupakan warisan nenek moyang yang menjadi simbol perdamaian.
 
"Ritual Bakar Batu ini merupakan simbol perdamaian yang sangat membanggakan bagi saya. Saya bangga sebagai bagian dari warga Papua," ujar Gus Halim, sapaan akrab Abdul Halim Iskandar dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis.
 
 
Menurut dia, ritual Bakar Batu menjadi simbol perdamaian, karena dalam kegiatan itu semua pihak dikumpulkan, termasuk korban dan pelaku konflik guna membicarakan inti permasalahan dan mencari solusi.
 
Hal tersebut dia sampaikan usai mengikuti Ritual Bakar Batu di Distrik Walesi, Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua Pegunungan pada Rabu (17/7).
 
Di tengah prosesi Bakar Batu itu, Gus Halim menyempatkan diri untuk merekam video blog (vlog) yang menunjukkan partisipasinya dalam kegiatan itu. Dia juga menyapa sahabat desa secara luas saat bersama puluhan warga lokal setempat.
 
"Sahabat desa, saya sedang menyaksikan proses yang sangat menarik dan terkenal di Papua, yaitu Bakar Batu. Di sini, ada bakar daging sapi, ayam, dan singkong. Salam dari Wamena," ucapnya.
  
 
 
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Gus Halim: Bakar Batu jadi warisan nenek moyang simbol perdamaian
Pewarta :
Editor: Herry Soebanto
COPYRIGHT © ANTARA 2024