Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo mengatakan penyuluh Keluarga Berencana (KB) perlu menjadi organisasi pembelajar saat menghadiri Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) Ikatan Penyuluh Keluarga Berencana (IPeKB).
“Kita harus sadar betul untuk terus belajar, apalagi penyuluh komunitasnya besar. Kalau tidak pernah belajar, bagaimana kita ada perubahan? Jadi harus bersinergi dan berkompetisi. Harapan saya penyuluh adalah organisasi pembelajar, sehingga perdebatannya tentang ilmu,” ujar Hasto dalam keterangan resmi di Jakarta, Selasa.
Ia menegaskan dengan terus belajar, penyuluh akan paham apa saja program yang harus dicapai.
“Harapan saya nanti ada abstrak-abstrak penelitian yang dilakukan. Misalnya, BKKBN bekerja sama dengan lembaga-lembaga, sehingga menambah wawasan," katanya.
Terkait program, Hasto juga mengingatkan para penyuluh KB untuk memahami bahwa untuk menurunkan angka stunting, bukan hanya tentang mengukur panjang badan secara akurat, melainkan juga bagaimana mencatat perkembangan balita.
"Dinilai perkembangan anak, cara komunikasinya, tingkah lakunya, gerakan kasar dan halusnya. Jangan-jangan dia pendek saja tapi tidak stunting, karena pendek belum tentu stunting," ucapnya
Ia kemudian memberikan contoh dengan memperlihatkan Kartu Kembang Anak (KKA) di Lombok Timur. Di dalam KKA tersebut, anak yang dinyatakan stunting dan mengalami keterlambatan secara umum, tercatat hanya 63 persen, sisanya tidak mengalami gangguan. Sedangkan anak yang tidak stunting tetapi mengalami gangguan perkembangan umum 50 persen.
"Hati-hati, anak-anak yang tidak stunting juga berpotensi stunting di dalamnya. Anaknya tidak stunting karena diukur tidak pendek, tetapi otaknya stunting," ujar dia.
Untuk itu ia menegaskan hal-hal tersebut harus terus dipelajari penyuluh KB, yang perlu juga memiliki bekal menjadi komunikator yang baik sesuai pesan dari Filsuf Aristoteles tentang ethos, logos, pathos.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Kepala BKKBN: Penyuluh KB perlu jadi organisasi pembelajar