Sleman (ANTARA) - Dinas Kebudayaan Kabupaten Sleman menyelenggarakan Festival Garis Imajiner Sleman dalam rangka memperingati 12 Tahun Undang-Undang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
"Festival Garis Imajiner ini diselenggarakan selama dua hari yakni pada Kamis (12/9) dan hari ini," kata Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Sleman Edy Winarya di Sleman, Jumat.
Menurut dia, pembukaan festival dilakukan Bupati Sleman Kustini Sri Purnomo bersama dengan Wakil Bupati Sleman Danang Maharsa dengan pemukulan kenong.
"Pembukaan Festival Garis Imajiner ini dimeriahkan oleh ribuan warga perwakilan dari 17 kapanewon (kecamatan) se-Kabupaten Sleman dengan mengikuti kirab serta menampilkan tarian dan aksi teatrikal," katanya.
Ia mengatakan festival dimulai dari Kirab Bregada dari 17 kapanewon dimulai dari Kantor Kalurahan Sariharjo, Kapanewon Ngaglik, dan berakhir di Lapangan Ngetiran.
"Festival Garis Imajiner 2024 menampilkan aksi tarian dan teatrikal tentang upacara adat yang ada di 17 kapanewon se-Kabupaten Sleman," katanya.
Ia mengatakan festival ini juga menampilkan berbagai kesenian lokal, seperti Tari Badui Tunas Mudho Gantalan, Wayang Mbeling Sleman, Komunitas Kethoprak Sleman, Jathilan Satrio Kudho Jingkrak, Jathilan KBTM Gondangpusung, dan Band Alternatif Genk Kobra," katanya.
Bupati Sleman Kustini Sri Purnomo mengatakan festival ini adalah upaya untuk mengedukasi kembali masyarakat tentang sejarah berdirinya "Kraton Ngayogyakarta" yang tidak bisa lepas dari garis imajiner filosofis yang menghubungkan antara Gunung Merapi - Tugu Pal Putih - Keraton Yogyakarta - Panggung Krapyak - Pantai Selatan.
"Garis imajiner atau sumbu filosofis tersebut memiliki makna keseimbangan antara hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama manusia, serta manusia dengan alam," katanya.
Ia mengatakan festival ini menjadi salah satu sarana menegaskan ciri-ciri keistimewaan Yogyakarta, dan melalui kegiatan ini diharapkan masyarakat Kabupaten Sleman terlibat secara aktif dalam melestarikan kearifan budaya lokal yang adiluhung berupa garis imajiner yang secara kasat mata tidak nampak, tetapi keberadaannya diyakini ada.
"Masyarakat DIY patut bersyukur karena UNESCO telah menetapkan Sumbu Filosofi Yogyakarta sebagai warisan dunia pada 16 September 2023. Dengan demikian aset budaya tak benda yang dimiliki masyarakat Yogyakarta ini telah diakui di dunia internasional. Festival Garis Imajiner ini menjadi salah satu sarana untuk menggali, mengenalkan, memasyarakatkan, melestarikan, serta mengukuhkan, eksistensi budaya dan kesenian tradisional Kabupaten Sleman," katanya.