Bantul (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta menyebut bahwa potensi kejadian kebakaran pada musim peralihan dari kemarau ke hujan saat ini masih tinggi, sehingga masyarakat tetap harus waspada.
"Saat masa transisi tentunya potensi kebakaran masih tinggi, apalagi di wilayah Bantul baru dua hari ini mendapatkan hujan," kata Kepala Bidang Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (Damkarmat) BPBD Bantul Irawan Kurnianto saat dikonfirmasi di Bantul, Senin.
Menurut dia, yang menjadi faktor masih tingginya kejadian kebakaran di Bantul selain tingkat kemudahan terbakar di lapisan atas permukaan tanah, juga aktivitas pembakaran sampah dan barang bekas yang masih dijumpai di masyarakat.
"Karena dari data yang kami himpun, penyebab kebakaran tertinggi karena sampah, selama masalah sampah belum teratasi tentu potensi kebakaran tersebut tetap ada," katanya.
Berdasarkan data sepanjang tahun 2024, BPBD Bantul telah menangani kebakaran sebanyak 279 kejadian, 239 kejadian di Bantul dalam wilayah manajemen kebakaran (WMK), 24 kejadian di luar WMK, dan 16 kejadian di luar Kabupaten Bantul.
"Penyebab kejadian kebakaran terbanyak karena membakar sampah dan barang bekas 136 kejadian, disusul korsleting listrik 48 kejadian, dan kelalaian 38 kejadian, sisanya karena kebocoran gas dan belum diketahui penyebabnya," katanya.
Sebagai langkah antisipasinya, BPBD Bantul terus memberikan edukasi dan imbauan kepada masyarakat agar tidak melakukan pembakaran di dekat dengan barang-barang yang mudah terbakar atau terjadi perlambatan api.
"Jika terpaksa mengelola sampah dengan dibakar harus memperhatikan beberapa hal, di antaranya pembakaran jangan pada saat angin berhembus kencang, jangan meninggalkan bara api yang masih menyala, jauhkan dari barang-barang yang mudah terjadi pembakaran dan perambatan," katanya.