Cegah TBC sejak dini, dokter sarankan terapi pencegahan untuk anak

id terapi tuberkulosis,pencegahan tuberkulosis,tuberkulosis anak

Cegah TBC sejak dini, dokter sarankan terapi pencegahan untuk anak

Dokter menunjukkan hasil rontgen thorax anak dalam kegiatan pelayanan kesehatan keliling untuk mendeteksi penyakit tuberkulosis di Kelurahan Karundang, Kota Serang, Provinsi Banten, Senin (3/2/2025). ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas/foc

Jakarta (ANTARA) - Anak-anak yang tinggal bersama atau berdekatan dengan pasien tuberkulosis (TBC) aktif berisiko tinggi tertular, namun risikonya bisa ditekan dengan terapi pencegahan tuberkulosis (TPT), seperti yang diungkapkan dokter spesialis anak dari RSUD Tanjung Priok dr. Dian Rosita Devy, Sp.A.

“Bentuk perlindungan mencegah terjadinya TB aktif atau sakit TB, terutama diberikan pada anak yang kontak erat dengan pasien TB paru tapi belum sakit TB aktif,” kata dr. Dian dalam webinar peringatan Hari Tuberkulosis Sedunia yang digelar daring pada Senin (24/3).

TBC adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini umumnya menyerang paru-paru, namun juga bisa merusak organ lain seperti kulit, otak, tulang belakang, hingga kelenjar getah bening.

Penularannya terjadi lewat udara yang mengandung percikan dahak atau liur dari penderita TBC aktif saat batuk atau bersin.

Satu orang penderita TB aktif bisa menularkan penyakit kepada 10 hingga 14 orang lainnya, terutama anggota keluarga yang tinggal serumah.

Baca juga: Guru Besar UGM : Akses layanan kunci eliminasi TBC-HIV 2030

Baca juga: Kota Yogyakarta eliminasi TBC dengan menggencarkan terapi pencegahan



Anak-anak termasuk kelompok paling rentan dan meski terinfeksi, mereka kerap tidak menunjukkan gejala khas seperti orang dewasa.

“Tidak semua anak kena TB sakit, tapi tanpa TPT risiko TB aktifnya besar. Jadi, kalau anak terinfeksi TB akan berisiko jadi TB aktif,” jelas dr. Dian.

Ia menambahkan anak yang terkena TB bisa mengalami demam berkepanjangan dan sulit naik berat badan, namun ada juga yang sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda sakit.

Untuk mencegah kondisi berkembang menjadi TB aktif, TPT disarankan diberikan sejak dini pada anak-anak yang memiliki kontak erat dengan pasien TB.

Terapi ini berupa pemberian obat sekali seminggu selama tiga sampai enam bulan, dan tersedia di berbagai fasilitas kesehatan termasuk puskesmas.


Baca juga: UGM gelar ASM angkat penanggulangan Tuberkulosis dalam perspektif transformasi kesehatan

Baca juga: Ibu menyusui dengan riwayat TB boleh berikan ASI pada anak


“Orang tua kadang juga takut efek samping obat, kalau obat ada efek samping. Selama pemberian (obat) sesuai dosis dan kontrol sesuai waktunya insya Allah aman. Ini sebagai pencegahan agar tidak menjadi sakit dan agar sembuh,” kata dr. Dian.

Selain terapi, upaya pencegahan lainnya juga penting dilakukan oleh penderita TB aktif. Di antaranya, disiplin minum obat sampai tuntas, memakai masker saat berada di sekitar anak, serta mempraktikkan etika bersin dan batuk.

Penderita disarankan menutup hidung dan mulut menggunakan tisu atau lengan bagian atas jika tidak membawa sapu tangan.

Setelah itu, segera mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau menggunakan hand sanitizer berbahan alkohol.

Langkah-langkah ini penting guna memutus rantai penularan TBC, terutama pada anak-anak yang masih rentan dan belum memiliki gejala.

Baca juga: Dinkes Yogyakarta mengimbau warga bergejala TBC segera periksakan diri

Baca juga: Wamenkes meninjau penanganan TB di Sleman



Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Lindungi anak dari tuberkulosis dengan TPT