Kulon Progo (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, meningkatkan kewaspadaan yang harus diantisipasi saat libur Lebaran 2025, yakni keracunan makanan, penyakit menular dan sampah.
Kepala Dinas Kesehatan Kulon Progo Sri Budi Utami di Kulon Progo, Jumat, mengatakan kewaspadaan pertama, yakni timbulnya keracunan makanan.
"Hal ini menjadi perhatian, mengingat di Hari Raya Idul Fitri ini banyak warga yang terkonsentrasi atau berkumpul di suatu tempat. Sehingga penyediaan makanan dan minuman betul-betul harus dijaga dari sisi higienisnya," kata Sri Budi.
Ia juga mengatakan penyediaan makanan dan minuman harus aman bahan pangannya, tempat penyimpanannya, alat memasaknya, bahan airnya, tempat dan alat penyajiannya.
"Masyarakat harus menjaga kebersihan mengantisipasi keracunan makanan," katanya.
Lebih lanjut, Sri Budi mengatakan kewaspadaan selanjutnya, adalah kewaspadaan sampah. Masyarakat harus selalu diimbau tentang pentingnya membuang atau mengelola sampah dengan baik.
"Hal ini mengingat sampah yang tidak terkelola dengan baik dapat menjadi sumber penyakit," katanya.
Dia juga mengatakan kewaspadaan terpenting adalah kewaspadaan penyakit menular. Saat ini, di Kulon Progo ada beberapa penyakit yang tetap harus diwaspadai, di antaranya malaria, demam berdarah, leptospirosis, serta yang selalu ada yaitu ISPA dan diare.
'Khusus untuk kewaspadaan penularan penyakit malaria, maka semua warga masyarakat yang datang harus lapor ke puskesmas atau juru malaria desa (JMD) untuk diambil darahnya," katanya.
Sri Budi mengatakan kesiapan fasilitas kesehatan (faskes) dalam menolong persalinan. Kesiapan semua faskes dalam hal memberikan pertolongan bagi ibu yang melahirkan selama periode liburan Hari raya Idul Fitri 1446.
"Pelayanan ini untuk mencegah kematian ibu dan juga kematian bayi," kata dia.
Dinkes Kulon Progo juga melaksanakan promosi kesehatan. Petugas kesehatan menyiapkan bahan-bahan atau materi yang berisi pesan-pesan kesehatan singkat, padat, mudah dimengerti, yang disampaikan kepada masyarakat secara luas dan terus menerus.
"Sehingga ada pemahaman dan perubahan perilaku dari warga masyarakat menuju pola hidup bersih dan sehat (PHBS)," katanya.