Estafet fiskal: suksesi kepemimpinan keuangan negara pasca-Sri Mulyani

id sri mulyani,estafet fiskal,purbaya,reshuffle,reshuffle kabinet,menkeu baru Oleh Lucky Akbar *)

Estafet fiskal: suksesi kepemimpinan keuangan negara pasca-Sri Mulyani

(dari kiri) Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa, Kepala Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) Muktaruddin, Menteri Koperasi Ferry Juliantono, Menteri Haji dan Umroh Mochamad Irfan Yusuf dan Wakil Menteri Haji dan Umroh Dahnil Azhar Simanjuntak menggucapkan sumpah jabatan saat pelantikan menteri dan wakil menteri Kabinet Merah Putih di Istana Negara, Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (8/9/2025). Presiden Prabowo Subianto melantik Purbaya Yudhi Sadewa sebagai Menteri Keuangan menggantikan Sri Mulyani Indrawati, Muktaruddin sebagai Kepala Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) menggantikan Abdul Kadir Karding, Ferry Juliantono sebagai Menteri Koperasi menggantikan Budi Arie Setiadi dan mengangkat Mochamad Irfan Yusuf sebagai Menteri Haji dan Umroh beserta Wakilnya Dahnil Azhar Simanjuntak. ANTARA FOTO/Galih Pradipta/nym.

Wujudkan Astacita

Presiden Prabowo melalui Astacita telah menegaskan arah pembangunan nasional: kedaulatan pangan dan energi, industrialisasi berbasis SDA, peningkatan kesejahteraan rakyat, serta pertahanan yang kuat. Semua agenda besar ini membutuhkan instrumen fiskal yang tidak hanya kredibel, tetapi juga ekspansif dan berpihak.

Suksesi kepemimpinan keuangan negara menjadi momentum untuk menghubungkan warisan Sri Mulyani dengan visi baru pemerintahan. Jika warisan berupa disiplin fiskal ditinggalkan, maka tugas Menteri Keuangan baru adalah memastikan disiplin itu tidak menjadi belenggu, melainkan landasan bagi ekspansi fiskal yang produktif. Dengan demikian, APBN dapat berfungsi sebagai engine of growth, bukan hanya sebagai instrumen penyeimbang.

Di tengah dinamika politik dan tantangan global yang silih berganti, kiprah Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan layak mendapatkan apresiasi yang tinggi. Ia pernah dipercaya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, kemudian kembali diminta Presiden Joko Widodo, hingga turut mendampingi awal pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.

Baca juga: Purbaya gantikan Sri Mulyani jadi Menteri Keuangan

Dalam setiap periode kepemimpinannya, Sri Mulyani konsisten menghadirkan kebijakan fiskal yang kredibel, menjaga stabilitas makroekonomi, serta memperkuat posisi Indonesia di panggung internasional.

Di era SBY, ia dikenal sebagai tokoh reformasi birokrasi keuangan negara, memperkuat penerimaan pajak, dan menata belanja negara dengan lebih transparan. Pada masa Jokowi, ia memainkan peran kunci dalam membiayai pembangunan infrastruktur, menangani pandemi Covid-19, dan menjaga kepercayaan investor.

Di awal kepemimpinan Prabowo, ia turut memastikan transisi fiskal berjalan mulus dengan tetap menjaga defisit dan rasio utang dalam batas aman. Semua pencapaian ini merupakan warisan berharga bagi bangsa, yang menjadi fondasi kuat bagi Menteri Keuangan baru untuk melangkah lebih jauh.

Estafet fiskal

Pergantian kepemimpinan di Kementerian Keuangan bukanlah sekadar soal meninggalkan masa lalu, melainkan merajut kesinambungan.

Sri Mulyani telah meletakkan pondasi yang kokoh dalam menjaga kredibilitas fiskal, menata disiplin anggaran, dan membangun reputasi Indonesia sebagai negara dengan tata kelola keuangan yang dipercaya dunia internasional. Warisan tersebut adalah modal besar yang tidak boleh diabaikan, sebab kredibilitas adalah syarat mutlak bagi negara berkembang yang masih sangat bergantung pada kepercayaan investor, lembaga keuangan global, serta stabilitas pasar domestik.

Di sisi lain, tantangan baru yang dihadapi Indonesia menuntut lebih dari sekadar stabilitas. Menteri Keuangan baru, Purbaya Yudhi Sadewa, hadir dengan mandat untuk melangkah lebih jauh, membangun menara yang lebih tinggi di atas fondasi yang telah diwariskan pendahulunya.

Jika Sri Mulyani berperan sebagai penjaga gawang agar defisit dan utang tetap terkendali, maka Purbaya dihadapkan pada tugas menjadikan APBN sebagai motor penggerak pembangunan—mulai dari industrialisasi, hilirisasi, hingga penciptaan lapangan kerja dalam skala besar.

Suksesi ini menjadi momentum penting untuk menyelaraskan warisan dengan visi baru pemerintahan. Disiplin fiskal yang dijaga ketat di masa lalu tidak boleh berubah menjadi belenggu yang membatasi ruang gerak pembangunan, melainkan harus menjadi landasan bagi ekspansi fiskal yang produktif dan terukur.

Baca juga: Menkeu Sri Mulyani meminta maaf dan janji evaluasi perbaikan usai rumah dijarah

Di bawah kepemimpinan Purbaya, APBN diharapkan mampu menjadi instrumen akselerasi pencapaian Asta Cita Presiden Prabowo: kedaulatan pangan, energi, pertahanan, serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Dengan demikian, estafet fiskal ini akan menentukan arah Indonesia dalam lima tahun ke depan. Jika kesinambungan warisan dan transformasi visi dapat dijalankan dengan seimbang, Indonesia bukan hanya mampu menjaga kredibilitas di mata dunia, tetapi juga memanfaatkan instrumen fiskal untuk mempercepat pembangunan nasional.

Keberhasilan Purbaya akan menjadi ukuran sejauh mana APBN benar-benar berfungsi sebagai engine of growth, bukan hanya sebagai instrumen penyeimbang, melainkan sebagai penggerak utama menuju kemandirian ekonomi dan kesejahteraan rakyat.



*) Dr. M. Lucky Akbar adalah Kepala Kantor Pengolahan Data dan Dokumen Perpajakan Jambi, Kementerian Keuangan



Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Estafet fiskal: suksesi kepemimpinan keuangan negara pasca Sri Mulyani


COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.