Bantul (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta melakukan pembinaan terhadap pendidik dan tenaga kependidikan jenjang Sekolah Dasar, Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), dan Sekolah Menengah Pertama maupun Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs) di seluruh kabupaten ini.
Baca juga: Kemristekdikti revitalisasi Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan
Bupati Bantul Abdul Halim Muslih dalam pengarahan pada pembinaan tersebut di Stadion Sultan Agung Bantul, Sabtu, mengatakan pembinaan dilakukan guna meminimalkan kasus kekerasan, pelecehan seksual kepada anak didik jenjang SD dan SMP di Bantul yang dilakukan pendidik.
"Saya memandang perlu mengumpulkan seluruh guru, tidak cukup hanya melalui kepala sekolah, supaya mereka langsung dengar dari saya tentang sikap pemerintah terhadap tindak kekerasan seksual dan pencabulan kepada anak anak yang dilakukan pendidik," katanya.
Bupati Halim mengatakan terlebih berdasarkan catatan kasus yang dilaporkan melalui Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Bantul, ada sekitar empat kasus pelecehan seksual terhadap anak yang dilakukan tenaga pendidik pada tahun 2024 hingga 2025.
"Sesuatu yang tidak masuk akal dan saya benar-benar speechless ketika mendengar laporan bahwa di salah satu sekolah terjadi pelecehan seksual dan dilakukan oleh guru," ucap Halim.
Bupati Bantul mengaku tidak menyangka ada seorang guru yang seharusnya menjadi suri tauladan, memberikan perlindungan, serta membawa pencerahan pada anak didik demi masa depan, justru menghancurkan masa depan anak didiknya.
Baca juga: Kemristekdikti revitalisasi Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan
Bahkan, kata Bupati, dengan perbuatannya itu, oknum pendidik malah melahirkan sisi trauma berat pada seorang peserta didik di Bantul, bahkan kehidupan korban yang masih kategori pelajar tersebut hancur.
"Maka, kita harus bersikap tidak ada lagi peringatan pertama, kedua dan ketiga. Itu tidak perlu, langsung kita berhentikan, sehingga kegiatan kali ini menjadi satu langkah untuk mencegah terjadinya kembali kasus-kasus pelecehan seksual di sekolah yang dilakukan guru," katanya.
Pihaknya berharap pada tahun 2026, Kabupaten Bantul bisa zero atau nol kasus pelecehan seksual maupun pencabulan terhadap korban anak-anak sekolah.
"Mengapa ini penting saya umumkan secara terbuka. Karena, betapa percayanya wali murid kepada seorang guru di sekolah. Itu kepercayaannya sudah penuh, sehingga kepercayaan ini jangan sampai dikhianati," katanya.
