BBI Bantul produksi 2,6 juta bibit ikan

id benih

BBI Bantul produksi 2,6 juta bibit ikan

Ilustrasi (antaranews.com)

Bantul (Antara Jogja) - Unit Pelaksana Teknis Balai Benih Ikan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, sepanjang 2015 telah memproduksi sekitar 2,6 juta bibit berbagai jenis ikan untuk dibudidayakan masyarakat setempat.
"Balai benih ikan (BBI) tetap utamakan produksi bibit ikan yang berkualitas dan selama 2015 produksi yang dicapai empat BBI di Bantul sebanyak 2.608.000 bibit dari semua jenis ikan," kata Kepala TU UPT BBI Dinas Kelautan dan Perikanan Bantul, Subandi di Bantul, Minggu.
Menurut dia, empat BBI di bawah koordinasi DKP Bantul tersebut adalah BBI Barongan Kecamatan Jetis yang merupakan pusat pembibitan, kemudian BBI Gesikan Kecamatan Pandak, BBI Krapyak Kecamatan Sewon dan BBI wilayah Pandak.
Jutaan bibit ikan yang diproduksi tersebut, kata dia, sebagian besar jenis nila merah yang diperkirakan mencapai 70 persen, kemudian sisanya jenis ikan konsumsi lainnya, seperti nila hitam, tombro, tawes, dan sebagian kecil lele, serta gurami.
"Untuk bibit lele ada. AKan tetapi tidak banyak karena di tengah masyarakat pembenihan ikan lele sudah makin banyak dan mereka sudah tahu, sementara gurami termasuk baru di BBI sehingga belum maksimal," katanya.
Subandi mengatakan bahwa bibit ikan nila merah paling banyak produksinya karena mempunyai keunggulan yang mudah dipelihara, cepat pertumbuhannya, dan tahan terhadap penyakit. Permintaan masyarakat terhadap bibit ikan ini paling tinggi.
"Nila merah ini yang utama dikembangkan di empat BBI Bantul. Karena keunggulannya itu, untuk indukan mengambil dari BAT Cangkringan, Balai Pengembangan Teknologi Kelautan dan Perikanan (BPTKP) DIY, jadi sudah bersertifikat," katanya.
Jutaan bibit ikan tersebut, lanjut dia, kemudian dijual kepada masyarakat maupun kelompok pembudidaya perikanan sesuai dengan kebutuhan masing-masing.`
Ia menyebutkan dari hasil penjualan itu setidaknya telah terkumpul sekitar Rp138 juta.
"Harga bibit ikan bervariasi tiap jenisnya, bahkan bisa dijual secara kiloan, bisa juga per ekor tergantung permintaan," ucapnya.
Subandi menambahkan, "Kami juga melayani pembelian untuk dikonsumsi, kemudian hasilnya masuk pendapatan asli daerah (PAD)."
KR-HRI
Pewarta :
Editor: Nusarina Yuliastuti
COPYRIGHT © ANTARA 2024