Jogja (ANTARA Jogja) - Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Wiendu Nuryanti menekankan pentingnya kejujuran dalam pelaksanaan ujian nasional, dan jika diperlukan bisa dilakukan publikasi untuk daerah dengan kejujuran terbaik atau terburuk.
"Kejujuran adalah pertanggungjawaban kepada Tuhan Yang Maha Esa. Bahkan sudah ada ikrar kejujuran di berbagai daerah. Secara umum, kami optimistis pelaksanaan ujian nasional itu akan lebih baik," kata Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Wiendu Nuryanti usai meninjau pelaksanaan ujian nasional (UN) di SMA Negeri 1 Yogyakarta, Senin.
Menurut dia, pelaksanaan UN secara jujur harus menjadi orientasi bagi seluruh pihak, tidak hanya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, tetapi juga oleh pemerintah di daerah.
Saat ini, evaluasi indeks kejujuran sudah dilakukan tetapi keberanian untuk mempublikasikan hasilnya belum dilakukan. Diharapkan, publikasi itu bisa dilakukan mulai tahun depan. "Hasil evaluasi itu memang pahit, tetapi jika tidak begitu, maka tidak akan pernah ada perbaikan," katanya.
Secara umum, Wiendu mengatakan bahwa pelaksanaan UN 2012 berjalan dengan baik, meskipun ada laporan dari berbagai daerah di luar Jawa yang soalnya kehujanan, namun sudah diganti dengan soal baru sehingga tidak mengganggu pelaksanaannya.
Sementara itu, Direktur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Suyanto mengatakan, optimistis tingkat kejujuran dalam pelaksanaan UN 2012 akan lebih baik dibanding tahun sebelumnya.
"Paket soal pun sudah berbeda. Ada lima paket sehingga peserta pun sulit mencontoh satu sama lain," katanya.
Selain itu, tim dari kementerian pun melakukan pemantauan UN 2012 di SMA 17 "1" yang beberapa hari menjelang pelaksanaan UN terjadi sengketa dengan pihak yang mengaku menjadi ahli waris bangunan tersebut.
"Kami ke sini untuk memberikan semangat kepada siswa di SMA 17 "1". Diharapkan, SMA ini nanti menjadi sekolah yang menjadi pilihan anak-anak," katanya.
Wakil Kepala Kurikulum SMA 17 "1" Nuniek Tasnim Haryadi mengatakan, UN bisa dilakukan dengan baik karena meja dan kursi yang semula dipindahkan oleh orang tidak dikenal, telah dikembalikan dan bisa digunakan untuk pelaksanaan UN.
"Secara umum berjalan dengan baik. Ada 29 siswa yang mengikuti ujian. Ada kelebihan satu soal untuk kelas IPA, untuk kelas IPS, soal cukup," katanya.
Siswa kelas IPA yang mengikuti UN di SMA 17 "1" adalah sebanyak sembilan orang dan IPS sebanyak 20 orang.
Salah satu siswa, Monica mengatakan, bisa mengerjakan soal dengan baik karena soal yang diberikan sesuai dengan kisi-kisi dan latihan soal yang selama ini diberikan.
"Kami juga belajar berkelompok untuk menghadapi UN kali ini," lanjutnya.
Namun, tidak begitu dengan siswa SMA 17 "1" lain, Ginanjar Setiawan mengaku kesulitan menjawab soal karena pilihan jawaban yang diberikan pun hampir sama.
"Banyak tidak bisanya. Selain itu, persiapan juga kurang karena ada pengaruh dengan konflik yang terjadi kemarin," katanya. (E013)