Konvoi arogan "bikers" dinilai rusak citra pariwisata

id konvoi arogan bikers dinilai rusak citra pariwisata

Konvoi arogan "bikers" dinilai rusak citra pariwisata

Konvoi motor gede (Foto ducatimonster.wordpress.com)

Jogja (ANTARA Jogja) - Konvoi "bikers" motor gede di Yogyakarta dan sekitarnya dikhawatirkan dapat merusak citra pariwisata daerah ini yang menjual wisata budaya dan keramahan warganya.

"Konvoi motor gede di jalan utama Yogyakarta, dan adanya oknum `bikers` yang sedikit arogan dalam berkendara di jalan dikhawatirkan dapat merusak citra pariwisata," kata salah seorang pramuwisata di Yogyakarta yang minta namanya tidak disebutkan, Minggu.

Menurut dia, selama ini wisatawan khususnya wisatawan mancanegara datang ke Yogyakarta sebagian besar ingin menikmati wisata budaya dan keramahan masyarakatnya.

"Kami beberapa kali mendapat pertanyaan dari tamu yang kami layani dan melihat konvoi motor gede di jalan raya, para tamu merasa heran dengan konvoi tersebut," katanya.

Ia mengatakan dirinya selaku pramuwisiata harus terus menjelaskan bahwa para "bikers" itu, tidak semuanya warga Yogyakarta.

"Saya harus menjelaskan kepada tamu bahwa kendaraan bermotor asal Yogyakarta menggunakan nomor polisi AB, sedangkan yang berkonvoi mayoritas bukan AB. Dari penjelasan ini para tamu menjadi bisa maklum," katanya.

Lebih lanjut ia mengatakan sikap arogan para "bikers" juga sering membuat wisatawan tidak nyaman.

"Seperti yang saya alami beberapa waktu lalu, saat mengantar tamu ke Candi Borobudur, ada `bikers` yang memarkir kendaraannya menutupi pintu bus rombongan tamu, dan saat diminta untuk meminggirkan, justru malah marah-marah," katanya.

Menurut dia, dirinya tetap harus menjaga kenyamanan tamu, karena mereka berada di tempat ini juga atas sepengetahuan dari Kedutaan Besar masing-masing negaranya.

Sedangkan Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran (PHRI) Yogyakarta Istijab mengatakan sebenarnya kegiatan para "bikers" bisa mendatangkan banyak keuntungan.

Hanya saja, kata dua, terkadang mereka tidak tertib saat berkendara di jalan, sehingga menimbulkan kesan negatif. "Konvoi mereka justru bisa jadi tontonan masyarakat, sepanjang tidak melanggar peraturan lalu lintas, semisal jika lampu hijau ya berhenti, bukannya justru menerobos," katanya.

Ia mengatakan adanya kegiatan tersebut juga dapat bernilai positif, seperti hunian hotel menjadi ramai, restoran ramai, pedagang kaki lima, dan lesehan juga ramai.

"Mereka kan orang yang punya uang banyak, jadi bisa bernilai positif bagi hotel, restoran, dan pihak lainnya. Memang terkadang mereka terkesan ingin diistimewakan, semisal dengan meminta parkir kendaraan besarnya di depan hotel," katanya.

(V001)