Peternak kalkun Bantul suplai ternak ke Semarang

id ternak kalkun Bantul

Peternak kalkun Bantul suplai ternak ke Semarang

Ternak kalkun di Kabupaten Bantul, DIY (Foto ANTARA/Sidik)

Bantul (ANTARA Jogja) - Peternak kalkun di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, telah mempunyai sejumlah pelanggan di antaranya untuk kebutuhan rumah makan di Semarang.

"Saat ini sudah ada empat rumah makan yang minta disuplai kalkun yaitu satu di Bantul, dua tempat di Yogyakarta dan satu rumah makan di Bawen, Semarang," kata peternak kalkun di Manding, Desa Sabdodadi, Bantul, Jumar, Kamis.

Menurut dia, untuk yang rumah makan di Bantul dan di Yogyakarta minta disuplai dua hingga tiga hari sekali sekitar empat hingga lima ekor kalkun, sedangkan untuk suplai ke Semarang tiap bulan sekali sekitar 30 ekor.

"Memang masih belum banyak, karena peternakan ini masih skala rumahan, pengiriman sebanyak itu (30 ekor) juga mengambil dari peternak kalkun di sekitar sini," katanya.

Ia menyebutkan, di daerah manding tersebut setidaknya ada empat peternak besar yang jumlahnya di atas 30 ekor, dan yang dibawah sepuluh ekor mencapai puluhan tempat karena masih skala rumahan.

"Saat ini lagi tren memelihara kalkun di Bantul, dan perputaran sangat cepat, kadang tiap seminggu sekali ternak-ternak itu pada habis, rata-rata tiap ekor dijual Rp200.000 hingga Rp230.000," katanya.

Menurut dia, memelihara kalkun sebenarnya tergolong mudah karena bisa diberi pakan apa saja seperti dedak yang dicampur dengan sayuran seperti kangkung."Binatang ini lebih tahan dari serangan penyakit," katanya.

Sementara itu, salah seorang pemilik warung makan soto kalkun di Manding, Heru Tusdiyanta mengatakan, setiap hari warungnya membutuhkan empat ekor kalkun untuk kebutuhan daging. Ia mengaku dari satu ekor kalkun bisa untuk sebanyak 60 porsi.

"Itu kalau hari biasa, namun saat Lebaran nanti saya akan menambah permintaan ternak hingga dua kali lipat. Saya sudah memberikan uang panjer untuk tanda jadi," katanya.

Ia mengatakan, warung soto yang juga menyediakan menu rica-rica kalkun sejak Februari 2012 ini, berawal dari mudahnya mendapatkan bahan baku khususnya daging kalkun, terlebih dirinya mempunyai hubungan dekat peternak kalkun.

"Saya berfikir daging kalkun jarang dimakan bersama soto, oleh sebab itu saya mencoba, dan ternyata setelah berjalan peminatnya banyak, apalagi daging kalkun mudah saya peroleh," katanya.

(KR-HRI)