Batik pewarna alami Bantul jadi andalan ekspor

id batik

Batik pewarna alami Bantul jadi andalan ekspor

Perajin batik di Yogyakarta (antarafoto.com)

Bantul (ANTARA Jogja) - Batik dengan pewarna alami yang diproduksi perajin di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, kini menjadi andalan ekspor setelah batik cap dan batik tulis.

"Sekarang yang baru dan betul-betul menjadi andalan ekspor dari Bantul justru batik dengan pewarna alami, karena motif yang dikembangkan sangat terbatas," kata Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi (Disperindakop) Bantul Sulistyanto, Minggu.

Menurut dia, sekarang di negara-negara maju masalah keamanan dan legalitas itu penting sekali sehingga kalau yang dipakai dengan zat kimia mereka akan menolak, sehingga batik dengan pewarna alami ini yang mulai diminati.

"Ini kelebihan batik yang diproduksi di Bantul daripada di luar Bantul, sehingga sekarang mulai ada kombinasi, atau dari sebelumnya untuk skala besar gabungan batik cap dan tulis, kini batik motif pewarna alami juga ikut menjadi andalan ekspor," katanya.

Ia mengatakan, batik dengan pewarna alami dibuat secara spesifik atau bersifat khusus sehingga hanya ada beberapa yang dibuat dalam motif sama atau paling banyak tiga motifnya, itu pun tidak mirip 100 persen.

"Jadi batik seperti inilah paling dicari, seperti contoh Pak Agung Laksmono (Menko Kesra) kemarin tanya motifnya kok cuma satu, jadi walapun mahal dibeli, karena kalau dipakai tidak akan ada orang lain, itu yang dicari oleh orang-orang," kata dia.

Menurut dia, oleh sebab itu perajin batik yang hampir tersebar di semua kecamatan Bantul, didorong untuk mengembangkan batik dengan motif pewarna alami, sehingga bisa meningkatkan ekspor ke sejumlah negara peminat batik.

Ia menyebutkan, batik merupakan andalan ekspor kedua setelah kerajinan gerabah dan keramik produk Bantul, atau pihaknya memperkirakan jika dari total 100 persen nilai transkasi, nilai ekspor batik hampir mencapai 30 persen.

"Sekarang ekpor batik telah berkembang ke negara China, Korea Selatan (Korsel) dan India serta ASEAN, kalau ke Amerika justru berkurang dari sebelumnya sekitar 60 persen turun menjadi 40 persen setelah ada krisis di sana," kata dia.

(KR-HRI)


Editor:
COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.