Bibit gagas wisata burung hantu di Demak

id bibit gagas wisata burung hantu

Bibit gagas wisata burung hantu di Demak

Burung hantu (Foto wong168.wordpress.com)

Demak (ANTARA Jogja) - Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo menggagas perlunya ada objek wisata burung hantu di Kabupaten Demak, karena masyarakat setempat cukup antusias mengembangbiakkan hewan predator hama tikus itu.

"Untuk bisa dijadikan objek wisata, tentunya pengembangbiakkan burung hantu tersebut harus ditingkatkan agar terlihat cukup banyak," ujarnya di Demak.

Ia mengatakan sangat berterima kasih terhadap salah seorang warga Desa Tlogoweru, Kecamatan Guntur, yang menggagas pengembangan burung hantu jenis tyto alba sebagai predator hama tikus yang selama ini menyerang komoditas pertanian di daerah sekitar.

Ide mengembangbiakkan burung hantu tersebut, kata dia, merupakan ide luar biasa, karena bermanfaat terhadap hasil pertanian di daerah sekitar.

Hasilnya, kata dia, burung predator hama tikus tersebut sudah berkembang biak dan tersebar di mana-mana.

Bahkan, lanjut dia, sejumlah kabupaten di Jateng mengirimkan perwakilannya untuk melihat secara langsung teknik pengembangbiakan burung hantu di Desa Tlogoweru.

"Temuan ini akan dikembangkan di masing-masing wilayah, karena hasilnya cukup efektif. Bahkan, setiap ekor burung hantu bisa membunuh antara tiga hingga 10 ekor tikus dalam satu malam," ujarnya.

Burung hantu tersebut, diklaim tahan terhadap cuaca alam sekitar dan mudah beradaptasi, sehingga pengembangbiakannya dipastikan juga tidak kesulitan.

Apalagi, kata Bibit, semua daerah di Jateng memiliki permasalahan yang sama, karena sebagai daerah penghasil komoditas pertanian seperti padi, jagung dan kedelai mendapat ancaman hama tikus.

Ia meminta masyarakat tidak melakukan perburuan terhadap hewan predator hama tikus tersebut, karena sangat dibutuhkan petani.

Sementara itu, Pujo Arto yang merupakan penggagas pengembangbiakan burung hantu tyto alba menyambut positif wacana Gubernur Jateng membentuk wisata burung hantu di Desa Tlogoweru.

Hanya saja, kata dia, untuk mendukung wacana tersebut dibutuhkan penambahan sarana dan prasarana yang memadai, karena selama ini pengembangan burung hantu merupakan hasil swadaya.

Ia mengatakan masih membutuhkan bantuan untuk memperbanyak rumah burung hantu di daerah sekitar agar burung predator tersebut tidak kesulitan mendapatkan sarang untuk berkembang biak.

Menurut dia, burung hantu tidak bisa membuat sarang sendiri, sehingga perlu dibuatkan tempat khusus yang saat ini sedang diperbanyak di wilayah Desa Tlogoweru.

Hingga kini, kata Pujo didampingi tutor tim tyto alba Desa Tlogoweru Sumanto, jumlah rumah burung hantu di desanya baru ada 70-an unit, sebanyak 11 unit di antaranya sudah dibangun secara permanen. Sedangkan jumlah anakan burung hantu mencapai 150-an ekor yang diterbangkan di alam bebas.

"Harapan kami, setiap radius tertentu terdapat satu rumah burung hantu, sehingga serangan hama tikus bisa ditekan," ujarnya.

Sejak burung hantu dikembangbiakkan di Desa Tlogoweru pada April 2011, katanya, petani di desa setempat mulai merasakan dampak positifnya karena tingkat kerusakan akibat serangan hewan pengerat tersebut bisa ditekan.

Sebelumnya, kata dia, serangan hama tikus berdampak pada tingkat kerusakan tanaman hingga 60 persen per hektare, kini bisa ditekan hingga menjadi 1--5 persen per hektare.

Prasarana lain yang dibutuhkan untuk mendukung pembentukan objek wisata burung hantu di desa setempat, yakni tempat pelatihan pengembangbiakan burung hantu tersebut.

Ia mengatakan setiap rombongan berbagai daerah di Jateng dan Jatim yang datang untuk menimba ilmu di desanya mencapai puluhan orang, sehingga tempat yang tersedia saat ini belum memadai. "Tempat pelatihan hanya memanfaatkan bangunan rumah warga," ujarnya.

Berdasarkan pengamatan di Desa Tlogoweru, bangunan rumah burung hantu yang menyerupai pagupon tampak di setiap areal pertanian warga di desa setempat.

Di Desa Tlogoweru juga tersedia tempat karantina burung hantu dengan ukuran 6x12 meter, untuk menampung anak burung hantu yang belum bisa terbang maupun burung hantu yang terluka.

(KR-AN)