Anis Baswedan: Indonesia alami defisit pemimpin berintegritas

id anis baswedan indonesia

Anis Baswedan: Indonesia alami defisit pemimpin berintegritas

Anies Baswedan (Foto antarayogya.com)

Jakarta (Antara Jogja) - Rektor Universitas Paramadina Anis Baswedan mengatakan saat ini Indonesia mengalami defisit pemimpin yang berintegritas.

"Stok pemimpin kita banyak, tapi pemimpin yang berintegritas kita defisit bahkan krisis," kata Anis di Jakarta, Rabu.

Anis juga mengatakan banyaknya ketimpangan-ketimpangan yang muncul meski sudah berdemokrasi.

"Banyak sekali di daerah yang terdidik dan tidak terdidik, yang makmur, miskin. Sistem politik kita harus dibenahi untuk mengantisipasi kegagalan demokrasi," katanya.

Dia juga meminta masyarakat untuk tidak terjebak pada perdebatan-perdebatan jangka pendek, terutama perdebatan politik.

"Jangan terus-terusan memikirkan 2014 tetapi kita tidak antisipasi apa yang akan terjadi yang akan datang. 2015-2020 itu merupakan fase republik ASEAN, tantangannya seperti apa.  Kalau kita kalah marah nanti bicaranya isolasi," katanya.

        
                            Korupsi Merajalela
Terkait korupsi yang terus merajalela termasuk partai Islam.

"Korupsi memang tidak kenal etnis tidak kenal budaya, siapa saja bisa melakukan dan saya rasa tidak perlu kaget, siapa saja bisa terlibat pada kasus korupsi," katanya.

Menurut Anis, parpol yang mengusung agama tertentu akan lebih berat menerima sanksi moral ketika ada kadernya yang terjerat korupsi.

"Memang ketika sebuah kelompok memegang tinggi simbol-simbol agama kemudian terbukti melakukan tindak pidana korupsi, menjadi berat sekali. Itu dimana-mana, tak hanya di Indonesia," katanya.

Dia mengatakan tinggal bagaimana kinerja penegak hukum.

"Tinggal bagaimana nanti apakah terbukti di pengadilan. Kalau terbukti maka sanksinya berat. Kalau tidak terbukti maka nanti akan keluar dan bisa bilang 'see kami bersih' kita lihat nanti pengadilan akan menunjukkan," katanya.

Hal senada juga disampaikan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD yang mengatakan penegakan hukum di Indonesia belum sepenuhnya diterapkan.

"Penegakan hukum kita masih terkesan 'letoy' (lemah) karena tidak tajam ke atas dan ke bawah," katanya.
(J.T. Rahayu)