Joko Santoso usulkan Palembang pusat kebudayaan ASEAN

id djoko santoso

Joko Santoso usulkan Palembang pusat kebudayaan ASEAN

Djoko Santoso (antaranews.com)

Palembang (Antara Jogja) - Ketua Dewan Pembina Lembaga Indonesia Asa Jenderal TNI (Purn) Djoko Santoso mengusulkan Palembang menjadi pusat kebudayaan ASEAN mengingat peran sejarah kota ini sebagai ibu kota Kerajaan Sriwijaya dengan wilayah mencakup kawasan yang kini menyatu dalam ASEAN.

"Saya mengusulkan agar Palembang dijadikan pusat kebudayaan ASEAN, karena wilayah Kerajaan Sriwijaya pada abad ke-7 meliputi banyak kawasan di ASEAN," katanya saat bersilaturahim dengan Sultan Iskandar Mahmud Badaruddin di Kraton Kesultanan Palembang Darussalam di Sekip, Palembang, Minggu.

Sultan Palembang menerima Djoko Santoso dan sejumlah pengurus Ormas Lembaga Indonesia Asa, termasuk Ketua Umumnya, Usamah Hisyam, di rumah pribadinya yang dijadikan "kraton" dengan didampingi para pejabat Kraton Palembang dan masyarakat sekitar.

Djoko Santoso mengatakan banyak argumentasi yang bisa dikemukakan untuk menjadikan Palembang sebagai Pusat Kebudayaan ASEAN. Fakta-fakta sejarah yang ada mengenai pengaruh kebudayaan Melayu di negara-negara ASEAN, seperti Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam bahkan sampai Filipina.

"Kita harus memperjuangkan itu. Pada abad ke-7 Sriwijaya membawa kejayaan bangsa, kejayaan muncul kembali pada abad ke-14 ketika masa Kerajaan Majapahit dan kini abad ke-21 bangsa Indonesia kembali akan memasuki kejayaannya kembali," kata Djoko Santoso.

Kepada Sultan Iskandar Mahmud Badaruddin, Djoko Santoso yang juga mantan Panglima TNI 2007-2010 itu menjelaskan Lembaga Indonesia Asa yang sedang menggencarkan program Gerakan Indonesia Asa memberi perhatian khusus terhadap kebudayaan, karena pembangunan bangsa harus juga berlandasan pada kekuataan budaya.

Pada awal Juli, Lembaga Indonesia Asa menyelenggarakan seminar nasional di Jakarta membahas isu nasionalisme kultural. Seminar menghadirkan para tokoh budaya dan sejarawan nasional, antara lain Dr. Anhar Gongong dan Radhar Panca Dahana.

Dalam kesempatan itu, Sultan Palembang menyampaikan harapan kepada Djoko Santoso untuk membantu upaya kesultanan menguasai kembali Benteng Kuto Besak.

Benteng Kuto Besak di tepi Sungai Musi itu menjadi Kraton Kesultanan Palembang hingga Pemerintah Kolonial Belanda mengambilalih begitu saja pada 1825.    

Benteng ini didirikan tahun 1780 oleh Sultan Muhammad Bahauddin (ayah Sultan Mahmud Badaruddin II). Gagasan benteng ini datangnya dari Sultan Mahmud Badaruddin I (1724-1758) atau dikenal dengan Jayo Wikramo, yang mendirikan Keraton Kuta Lama tahun 1737. (E004)

    

Pewarta :
Editor: Nusarina Yuliastuti
COPYRIGHT © ANTARA 2024