Yogyakarta (Antara Jogja) - Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta kembali menggelar festival ketoprak antarkecamatan pada 20-26 Oktober di Pendopo Tamansiswa dengan memanfaatkan dana keistimewaan yang diterima.
"Festival ketoprak sempat dilakukan beberapa tahun lalu. Tidak rutin setiap tahun namun bergantian dengan festival wayang orang menggunakan pembiayaan APBD. Pada tahun ini, kami kembali menggelar festival ketoprak dengan menggunakan dana keistimewaan," kata Kepala Seksi Pembinaan dan Pelestarian Seni dan Cagar Budaya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta Suparna di Yogyakarta, Jumat.
Menurut dia, setiap kecamatan akan mengirimkan satu kelompok ketoprak untuk mengikuti festival tersebut. Setiap kelompok akan memperoleh dana stimulan yang bisa digunakan untuk sewa kostum dan kebutuhan lainnya sebesar Rp17,7 juta.
Nantinya, lanjut dia, peserta yang ditetapkan sebagai kontingen terbaik, sutradara, penata rias hingga pemeran terbaik akan memperolah piala dan uang pembinaan dengan total nilai Rp50,1 juta.
"Seluruh dana yang digunakan diambilkan dari dana keistimewaan," katanya.
Setiap hari, lanjut dia, akan ada dua kecamatan yang tampil mulai pukul 19.30 WIB. Setiap kelompok memiliki alokasi waktu 60 hingga maksimal 75 menit untuk pentas.
Panitia, lanjut dia, tidak membatasi jalan cerita yang diangkat dalam pentas tersebut. "Ini bukan ketoprak pendapan yang harus sesuai dengan aturan, tetapi pentas ketoprak. Kami pun tidak membatasi usia pemain. Bisa dari anak kecil hingga orang tua semuanya boleh ikut tampil," katanya.
Suparna menambahkan, pihaknya juga tidak membatasi asal pemain. "Pemain tidak dibatasi hanya warga kecamatan setempat, tetapi bisa saja warga yang sehari-hari beraktivitas di kecamatan tersebut," katanya.
Namun demikian, ia berharap agar sutradara, penata iringan hingga penata rias tetap merupakan warga kecamatan setempat.
"Kami pun sudah menyiapkan juri yang netral. Juri tidak berasal dari Kota Yogyakarta tetapi dari luar kota. Ada dosen ISI, pelaku media hingga budayawan," katanya.
Ia berharap, festival ketoprak tersebut mampu menjadi menjadi ruang ekspresi bagi pelaku seni ketoprak sekaligus menumbuhkan rasa bangga atas kebudayaan lokal.
Sementara itu, penulis naskah sekaligus pelaku ketoprak Nano Asmorondono mengatakan ketoprak memiliki perkembangan yang cukup baik di tengah masyarakat.
"Banyak anak muda yang tertarik bermain ketoprak meskipun belum mengikuti pakem yang ada. Namun, hal itu tidak perlu dipermasalahkan, mereka bisa belajar. Yang penting, mereka sudah tertarik bermain ketoprak," katanya.
Ia menambahkan, hampir di seluruh kelurahan di Kota Yogyakarta sudah memiliki kelompok ketoprak dan tinggal dikembangkan.
(E013)