Asmindo DIY utamakan pasar lokal hadapi MEA

id Asmindo DIY utamakan pasar lokal hadapi MEA

Asmindo DIY utamakan pasar lokal hadapi MEA

Kerajinan batik kayu produksi perajin Krebet, Kabupaten Bantul, DIY (Foto ANTARA/Sidik)

Yogyakarta, (Antara Jogja) - Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta masih mengutamakan penjualan di pasar lokal menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN mengingat masih lemahnya permintaan impor dari negara-negara mitra dagang utama.

"Saat ini kami konsentrasi menyasar potensi pasar lokal karena daya beli pasar ekspor masih melemah," kata Wakil Ketua Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Endro Wardoyo di Yogyakarta, Sabtu.

Menurut Endro, meskipun peluang ekspor terus mengalami penurunan, para pengusaha di bidang mebel dan kerajinan dapat memanfaatkan konsumen atau masyarakat dalam negeri yang tersebar seluruh provinsi.

"Jumlah penduduk Indonesia saat ini mencapai 250 juta jiwa. Jika potensi itu bisa digarap secara optimal, maka sesungguhnya tidak perlu mengejar ekspor," kata dia.

Oleh karena itu, kata Endro, di tengah masih melemahnya daya beli pasar ekspor, pasar lokal perlu diperkuat. Penguatan pasar tersebut dapat dilakukan dengan mendorong masyarakat lebih mencintai produk dalam negeri daripada produk impor.

"Dalam hal ini pemerintah juga perlu membantu untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat mencintai produk dalam negeri," kata dia.

Selain itu, para pengusaha mebel anggota Asmindo juga akan diarahkan untuk memperkuat kerja sama dengan pemerintah dengan mengikuti berbagai lelang proyek pengadaan interior bangunan pemerintah.

"Para pengusaha mebel juga perlu menggencarkan penawaran pengisian ornamen atau perabotan hotel di dalam negeri," kata dia.

Ia mengatakan hingga saat ini kinerja ekspor para pengusaha mebel di DIY masih mengalami penurunan, khususnya di pasar utama seperti Eropa, Jerman, dan Jepang.

"Di sebagian besar negara-negara tujuan ekspor hingga kini permintaan mebel masih lesu," kata dia.

Menurut dia, untuk pengusaha mebel dengan pengiriman ekspor skala besar turun dari empat menjadi dua kontainer per bulan, sedangkan untuk eksportir skala kecil dari dua menjadi satu kontainer per bulan.

"Bahkan kadang-kadang sama sekali tidak ada permintaan," kata dia.

(T.L007)