Dinkes identifikasi tujuh penderita tuberculosis kebal obat

id kum,an

Dinkes identifikasi tujuh penderita tuberculosis kebal obat

Ilustrasi (dok istimewa)

Bantul (Antara Jogja) - Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengidentifikasi tujuh penderita tuberculosis kebal obat di wilayah tersebut sehingga butuh pengobatan dan penanganan secara intensif.

"Di Bantul memang sudah ada penderita tuberculosis yang teridentifikasi kebal obat, namun jumlahnya masih di bawah 10 orang, sekitar tujuh orang," kata Kepala Bidang Penanggulangan Masalah Kesehatan (PMK) Dinkes Bantul Pramudi Dharmawan di Bantul, Jumat.

Ia tidak bersedia merinci siapa penderita tuberculosis (TB) yang kebal obat atau tuberculosis multidrug-resistant (TB-MDR) tersebut, namun demikian, penderita tersebut tersebar di seluruh Bantul.

Ia mengatakan penderita TB kebal obat tersebut diketahui setelah pengobatan tahap pertama dan kedua sejak mengidap penyakit selama enam bulan namun belum menunjukkan kondisi membaik, bahkan hasil pengecekan dahak pasien kuman telah bermutasi.

"Tahap pertama diobati selama dua bulan, namun justru kumat lagi, kemudian ditingkatkan pengobatan ke tahap dua selama empat bulan yang ada suntiknya. Namun penderita tidak membaik, itu menunjukkan kebal terhadap beberapa obat yang diberikan," katanya.

Pramudi mengatakan ketika penderita TB sudah kebal obat, yang bersangkutan harus menjalani pengobatan secara intensif selama dua tahun, yaitu enam bulan untuk pengobatan rutin tahap pertama, kemudian pengobatan tahap lanjutan selama 18 bulan.

"Pengobatan penderita TB yang kebal obat setiap hari harus minum obat 19 biji ditambah suntik, dan pengobatan harus diawasi oleh petugas kesehatan. Si penderita kalau kemana-mana wajib memakai masker selama enam bulan supaya tidak menular," katanya.

Ia mengatakan penyebab utama penderita TB kebal obat adalah putus obat pada tahap pengobatan pertama, dan bagi penderita TB yang sudah kebal obat mudah menularkan melalui percikan ludah, bahkan orang yang tertular akan mengidap penyakit yang sama.

"Kalau terkena TB jangan sampai putus obat sebab kalau sudah kebal obat pengobatannya butuh biaya mahal mencapai Rp200 juta. Kami terus melakukan pencarian penderita TB agar jangan sampai menular, karena kami tidak tahu yang belum ditemukan," katanya. 
KR-HRI
Pewarta :
Editor: Nusarina Yuliastuti
COPYRIGHT © ANTARA 2024