Program IB sapi Bantul sasar 17 desa

id inseminasi buatan

Program IB sapi Bantul sasar 17 desa

Ilustrasi peternakan sapi (foto antaranews.com) (antaranews.com)

Bantul (Antara Jogja) - Program inseminasi buatan pada ternak sapi potong yang digulirkan Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada tahun 2016 menyasar di 17 desa wilayah setempat.

"Untuk meningkatkan populasi sapi di Bantul, ada beberapa program besar, di antaranya inseminasi buatan (IB). Ada 17 desa yang menjadi percontohan program IB," kata plt Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Bantul, Pulung Haryadi di Bantul, Rabu.

Menurut dia, program pengembangan populasi sapi potong melalui kawin suntik terhadap sapi indukan tersebut telah berjalan sejak April 2016 dan terus dilanjutkan hingga mendapatkan hasil yang maksimal.

Dikatakannya, 17 desa percontohan itu tersebar di 17 kecamatan se-Bantul, setiap kecamatan ada satu desa yang peternak sapi diikutkan kawin suntik.

"Kami melibatkan sebanyak 34 petugas IB yang berada di bawah koordinasi kecamatan," katanya.

Pulung mengatakan, program peningkatan dan pengembangan ternak sapi potong di Bantul melalui kawin suntik sudah digulirkan sejak beberapa tahun lalu, namun sasaran kelompok ternak sapi tidak seluas sekarang ini.

Ia mengatakan, sebelum menjalankan program IB sapi ini, instansinya telah memetakan siapa pemilik ternak dan berapa jumlah sapi yang ada, sehingga petugas IB langsung menuju lokasi ternak maupun kandang-kandang sapi yang dituju.

"Di desa-desa sudah ada siapa pemilik dan dihitung jumlah sapinya. Untuk tahun ini kami hanya mampu menyasar di 17 desa dari total 75 desa. Namun kami upayakan terus bertambah jangkauannya," katanya.

Sementara itu, Pulung mengatakan, populasi sapi di Bantul hingga saat ini mencapai sekitar 52.000 ekor, mulai dari bakalan sapi sampai sapi yang siap potong guna memenuhi kebutuhan daging konsumsi.

"Dari populasi sapi yang sekitar 52.000 ekor itu, yang siap potong berkisar antara 30 sampai 40 persen, karena memang warga memelihara hanya untuk `klangenan` (kegemaran), bukan sebagai fungsi bisnis," katanya.

(KR-HRI)