Bank sampah "Migunani" kelola sampah Pasar Cebongan

id bank sampah

Bank sampah "Migunani" kelola sampah Pasar Cebongan

ilustrasi, sebagian barang kerajinan yang dibuat dengan memanfaatkan sampah (Foto agendajogja.com)

Sleman, (Antara Jogja) - Bank sampah "Migunani" yang merupakan perkumpulan para pedagang Pasar Tradisional Cebongan, Mlati, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta berhasil mengelola sampah dari pasar hingga memiliki nilai ekonomis.

"Sebagian besar sampah yang dipilah merupakan sampah anorganik. Paling banyak didapati ialah sampah plastik, kardus dan botol. Sampah itu berasal dari sekitar 600 pedagang yang ada di Pasar Cebongan. Setelah dipilah sampah-sampah itu dijual ke pengepul," kata pengurus bank sampah "Migunani" Pasar Cebongan Titik Sulastri, Minggu.

Menurut dia, sampah-sampah dari aktivitas di Pasar Cebongan tersebut dipilah seminggu sekali setiap hari Kamis. Setiap harnya, para pedagang mengumpulkan sampah hasil sisa dagangan.

"Upaya ini juga sebagai langkah merintis pasar yang bersih, rapi dan berkah bagi pedagang," katanya.

Ia mengatakan, di bank sampah "Migunani" ini ada sekitar 10 pedagang yang terlibat aktif mengelola sampah dari 30 anggota.

"Mereka ini bertugas menampung sampah dari pasar yang nantinya setelah dipilah dijual ke pengepul," katanya.

Titik mengatakan, setiap minggu ada sekitar 40 kilogram sampah pasar yang berhasil dikumpulkan. Sampah-sampah itu, dipilah berdasrkan jenisnya.

"Sampah plastik putih dihargai Rp600 per kilogram, sampah campur Rp500 per kilogram, sedangkan yang cukup lumayan harganya sampah kardus dengan harga Rp1.200 per kilogram," katanya.

Ia mengatakan, dari pengepul sampah-sampah ini nantinya dikelola untuk berbagai kerajinan.

"Saat ini pengelolaan sampah anorganik di Pasar Cebongan baru sebatas memilah sampah untuk kemudian dijual kembali," katanya.

Sedangkan untuk sampah organik, di Pasar Cebongan sudah terdapat kios pengelolaannya. Sampah organik berupa sayur-sayuran yang terkumpul akan dijadikan pupuk organik.

"Setiap minggunya ada sekitar 50 kilogram sampah organik yang terkumpul. Sayur yang telah dipilah untuk kemudian dikeringkan menjadi pupuk. Namun hasil sampah organik ini belum bisa dipasarkan. Karena dalam kemasan tidak ada komposisi bahan yang digunakan. Jadi penggunanya rumahan saja. Mereka bisa membayar seikhlasnya," katanya.***3***

(V001)

Pewarta :
Editor: Victorianus Sat Pranyoto
COPYRIGHT © ANTARA 2024