Ratusan pengunjung padati Labuhan Samodra Pasir Kadilangu

id Mangrove

Kulon Progo (Antara) - Ratusan pengunjung memadati objek wisata mangrove di Pantai Pasir Kadilangu, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, untuk menyaksikan labuhan samodra.

Pengelola objek wisata Pantai Pasir Kadilangu Suparyono di Kulon Progo, Minggu, mengatakan labuhan samudra adalah sebuah prosesi melarung atau membiarkan beragam gunungan dan sesaji terbawa air laut.

"Tujuan labuhan samodra ini sebagai media pengantar doa kepada Yang Maha Kuasa, agar kesalahan dan kekurangan yang dimiliki masyarakat dan lingkungan setempat, selama setahun wisata tersebut berdiri, dapat hilang. Selanjutnya berganti dengan banyak hal baik dan penuh berkah," kata Suparyono.

Dua gunungan diarak mulai dari halaman parkir menuju dusun Pasir Kadilangu, mengitari kampung dan kembali ke objek wisata. Selanjutnya ke tepian laut, melabuh gunungan tadi.

Dua gunungan diusung oleh sejumlah orang, salah satu gunungan yang disebut gunungan lanang berisikan beragam buah-buahan.

Terdapat buah naga, belimbing, apel, menjadi beberapa komponen pengisi gunungan seberat kurang lebih 100 kilogram itu. Warna-warni kulit buah berpadu.

Ratusan orang ikut melabuh sejumlah gunungan dan segala uba rampe. Warna gunungan yang terdiri dari kacang panjang, cabai, pare dan sawi putih itu tak kalah semarak dari gunungan buah-buahan.

"Gunungan wadon merupakan gunungan yang terdiri dari sayur-sayuran, beratnya kurang lebih 80 Kilogram," ujar dia.

Gunungan menjadi bentuk gambaran rasa syukur dari warga, atas melimpahnya rezeki yang diterima oleh warga Kadilangu. Setidaknya sejak 15 Mei tahun lalu, Pasir Kadilangu menjadi salah satu sumur rezeki bagi warga setempat, bukan hanya hasil tani.

Berat gunungan bukan sekadar isapan jari, sekitar enam orang memikul gunungan awalnya nampak bertenaga penuh. Kendati demikian, begitu sampai di tengah jembatan utama yang terbuat dari bambu, sejumlah pemikul kehilangan keseimbangan.

Gunungan sempat oleng, namun kemudian kembali sedia kala. Prosesi ini tidak hanya menyedot fokus dan energi panitia maupun tim pelaksana, melainkan juga pengunjung objek wisata.

"Kami berharap wisata mangrove Kadilangu semakin berkembang dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat," katanya.

Sebelum dilarung, isi gunungan terlanjut diperebutkan. Bebek, angsa, ayam sudah berada di tangan pengunjung. Kacang panjang, terung, pare, belimbing, buah naga yang sebelumnya rapi tersusun membentuk gunungan, seakan sudah menjadi milik orang per orang. Untuk dibawa pulang, menjadi buah tangan atau menjadi cerita.

Salah satu warga yang ikut berebut gunungan memegang tiga buah terung erat-erat dengan tangannya. Marwati mengaku kali pertama ikut berebut gunungan. Sri sengaja datang ke sana untuk melihat dan berebut gunungan.

"Saya sudah di sini sejak 07.00 WIB tadi," katanya.

(KR-STR)