Wajah Indonesia pada Festival Europaliza oleh: Zeynita Gibbons

id Wajah Indonesia pada Festival Europaliza

Wajah Indonesia pada Festival Europaliza oleh: Zeynita Gibbons

Patung kayu Sigale-gale dalam Europalia Arts Festival (Foto ANTARA/ Zeynita Gibbons/ags/17)

London (Antara) - Patung kayu Sigale-gale hampir seukuran manusia dengan memakai busana adat Batak lengkap dengan kain Ulos menjadi salah satu artefak yang mengisi ruang  pameran seni Festival Europalia Indonesia bertema "Ancestors and  Ritual" di Brussel.

Patung Sigale-gale seperti ini biasa ditemukan terpajang di depan rumah tradisional warga Pulau Samosir di Sumatera Utara.

Sigale-gale bersama ratusan artefak kuno lain dari berbagai daerah Indonesia tampil pada festival seni dan budaya "Europalia Arts Festival" suatu acara tetap yang diselenggarakan oleh Belgia dan pada 2017 Indonesia mendapat kehormatan menjadi "tuan rumah".

Raja dan Ratu Belgia ketika menghadiri pembukaan festival terlihat serius mengamati setiap koleksi yang ditampilkan.

Pasangan lambang pemimpin kerajaan Belgia itu mendengarkan penjelasan dari ahli sejarah tentang setiap artefak yang terpajang pada Europalia yang digelar setiap dua tahun sekali.

Raja Philippe dan Ratu Mathilde beberapa kali berputar di beberapa artefak untuk melihat secara rinci penjelasan tertulis di sisi kiri bawah pada masing-masing artefak.

Selain patung Sigale gale yang diyakini punya hubungan dengan leluhur sesuai dengan tema pameran "Leluhur dan Ritual," terdapat patung pahat kayu yang disebut Ana Deo dari Flores, menjulang tinggi yang menyambut Raja dan Ratu Belgia serta Wapres Jusuf Kalla yang meresmikan pembukaan pameran, minggu lalu.

Di depan ruang pameran Bozar, karya seni koleksi dari museum berjejer di pelataran ruangan pameran mulai dari Tau-Tau atau patung manusia dari Tana Toraja sampai patung sarkofagus, yang berfungsi memandikan jenazah terbuat dari batu berasal dari Minahasa.

Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Hilmar Farid, kepada Antara di London mengatakan sebanyak 40 ribu ton koleksi Museum Nasional diboyong untuk memampilkan wajah Indonesia di Eropa.

Festival Europalia kali ini berlangsung dari tanggal 10 Oktober 2017 sampai 21 Januari 2018 digelar di 45 kota pada tujuh negara Eropa, yaitu untuk Belgia di kota-kota Antwerpen, Leuven, Gent, Brusel, kemudian di Belanda di kota Amsterdam, Denhaag  dan kota-kota Eropa lain di antaranya Krakow, Berlin dan London.

Selama 104 hari dalam ajang pameran juga digelar 290 acara yang didukung oleh 316 artis seniman musik seperti Kande dari Aceh, Rahayu Supanggah dan Garasi Seni Benawa, Salawat Dulang dan Saluang Dendang, Wayang Hip Hop dan penampilan Ikke Nurjanah, Tesia Manaf serta pertunjukkan musik lawas " 60's&70's Indonesian Rock & Roll Night"  akan tampil di London.  

Pameran bukan sekedar memperkenalkan wajah Indonesia masa lalu yang diwakili oleh artefak-artefak, melainkan juga akan menghadirkan sejumlah penulis ternama untuk berdiskusi, antara lain  Ayu Utami, Zubaidah Djohar, Intan Paramaditha, Tan Lioe Le, selain itu juga pemutaran film-film Indonesia karya nama-nama besar perfilman, yaitu Garin Nugroho, Mira Lesmana, Nia Dinata, Riri Riza dan Mouly Surya dengan kurator film Nan Achnas.

Dalam Festival Europalia Indonesia juga digelar konferensi dan simposium di antaranya simposim Lupa lupa Ingat, Surabaya City within Kampung Universe.

Dubes Indonesia untuk Unesco Fauzi Soelaiman yang hadir pada acara pembukaan menyampaikan penghargaannya atas keberhasilan Indonesia sebagai tuan rumah festival kali ini dengan menampilkan pagelaran yang terbaik di depan Raja dan Ratu Belgia.

Wajah Indonesia yang berwarna-warnia, rancak, memukau pengunjung yang berdecak kagum  ketika menyaksikan Tari Saman, salah satu seni tari dari Aceh yang tercatat di UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia di tahun 2011.

"Saya berharap Indonesia akan menjadi tujuan utama warga Eropa untuk berlibur setelah diperkenalkan dalam Festival Europalia," ujar Dubes/Perwakilan Tetap RI di UNESCO yang berkedudukan di Paris, Prancis.

Penunjukkan Indonesia sebagai "host" dari  Festival Europalia ini tidak lepas dari peran Dubes Arief Havas Oegroseno yang mengawali penjajakan kegiatan tersebut sejak 2013 dan akhirnya diputuskan diselenggatakan mulai 2015 oleh Raja dan Menlu Belgia.

Agnes Didi salah seorang pengunjung asal Belgia mengaku selalu setia menyaksikan acara Europalia yang diadakan setiap dua tahun sekali.

"Festival Europalia Indonesia adalah 'most beautiful' yang pernah saya lihat dari festival ini dan pembukaannya dimeriahkan dengan pertunjukan budayanya, sayang penampilan budaya pada pembukaan terlalu singkat dan saya akan datang lagi menyaksikan pertunjukkan lainnya,"ujar Agnes Didi.

Pengunjung pembukaan pameran dimanjakan oleh kekayaan seni tari Indonesia yang menyuguhkan tari Topeng Losari, Suara Papua, dan ditutup dengan penampilan tari Saman Gayo Lues yang mendapat sambutan meriah dari para penonton.

Salah seorang penari Topeng Losari Cirebon Nur Anani M Irman, yang lebih dikenal dengan nama Nani mengaku mendapat kehormatan bisa menampilkan tari Topeng Losari Cirebon di Brusel.

"Saya bangga bisa  ikut memeriahkan pembukaan festival Europalia Indonesia," ujarnya.

Bukan saja Nani yang bangga dengan kehadiran Indonesia dalam acara Europalia tetapi juga Menteri Luar Negeri RI Retno L.P. Marsudi yang mengungkapkan kebanggaannya atas pemilihan Indonesia sebagai tuan rumah.

Banyak tokoh Indonesia yang menghadiri acara pembukaan Festival Europalia termasuk Presiden Indonesia ke-lima Megawati Soekarnoputri, Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, Dubes RI untuk Kerajaan Belgia, Keharyapatihan Luksemburg dan Uni Eropa Yuri Thamrin.

Ketua Europalia Jacobs de Hagen menyampaikan  penyelenggaraan Festival Europalia Indonesia diharapkan dapat memberikan pengalaman dan pengertian yang jauh lebih jelas kepada masyarakat Belgia khususnya mengenai budaya Indonesia. Sementara Menlu Belgia menyampaikan bahwa penyelenggaraan Festival Europalia Indonesia di Brussels sebagai ibukota Eropa   dapat dimanfaatkan untuk eksposur budaya Indonesia secara luas. (ZG)****4*****(H-ZG)