Gypsum Gyproc bahan bangunan ramah lingkungan pengganti dinding bata

id Gyprok

Gypsum Gyproc bahan bangunan ramah lingkungan pengganti dinding bata

(kiri ke kanan) Jose Carlos, Rini Anggraeni, Ahmad Saifudin Mutaqi, dan Kriswido Prasetya. ( (foto istimewa)

Yogyakarta (Antaranews Jogja) - Kehadiran produk gypsum Gyproc di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) diharapkan dapat menjadi alternatif sebagai bahan bangunan ramah lingkungan pengganti dinding bata, kata Brand & Marcomm Manager Saint-Gobain Gyproc Indonesia Rini Anggraeni.

"Selain itu, kehadiran gypsum Gyproc juga sebagai upaya untuk memenuhi permintaan akan kebutuhan bahan bangunan yang meningkat seiring dengan pertumbuhan bangunan di DIY," kata Rini kepada wartawan pada "Sharing Session bersama Gyproc" di Yogyakarta, Jumat.

Menurut dia, maraknya pembangunan properti di DIY saat ini juga sudah mengarah ke konsep "green building", di mana melalui konsep "bangunan hijau" diharapkan dapat mendorong efisiensi energi dan tentunya lebih ramah lingkungan.

"Isu-isu lingkungan seperti pemanasan global, perubahan iklim, tidak bisa tidak telah menuntut kita penghuni bumi untuk “berubah” agar keberlangsungan habitat tetap terjaga," katanya.

Ia mengatakan, konsep "green building” salah satunya terkait dengan pemilihan bahan bangunan yang ramah lingkungan. Peran "stakeholder" diperlukan untuk menerapkan konsep "green building" agar dapat mengurangi tingkat risiko kerusakan lingkungan, dan terciptanya kualitas hidup yang lebih baik bagi manusia atau penghuni bangunan tersebut.

"Sebagai perusahaan produsen bahan bangunan ramah lingkungan yang inovatif serta 'concern' terhadap isu lingkungan, PT Saint-Gobain Construction Products Indonesia (SGCPI) atau dapat juga disebut dengan Saint-Gobain Gyproc Indonesia terus melakukan inovasi demi terciptanya bahan bangun ramah lingkungan demi menjaga kelestarian lingkungan," kata Rini.

Technical Support & Specification Manager Saint-Gobain Gyproc Indonesia Kriswido Prasetya mengatakan, sebagai produk papan gypsum ramah lingkungan yang mendukung terciptanya konsep "green building", Gyproc mengusung teknologi "drywall system" (dinding kering) atau dapat juga disebut dengan GypWall.

Bahan bangunan itu merupakan bentuk dari konstruksi kering yang tidak menggunakan batu bata dan semen basah sebelum proses pengecatan.

"Dengan sistem dinding kering itu pengguna dapat mengurangi pemakaian air, mempercepat waktu konstruksi hingga 30 persen, serta tidak menghasilkan banyak kotoran pada area kerja yang mampu mengurangi 'labor cost' hingga 20-25 persen," kata Kriswido.

Ketua Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) DIY Ahmad Saifudin Mutaqi mengatakan, konsep "bangunan hijau" saat ini tengah gencar dikampanyekan karena sebagai suatu pendekatan perencanaan bangunan untuk meminimalkan berbagai pengaruh membahayakan bagi kesehatan manusia dan lingkungan.

"Tujuan utamanya adalah untuk menciptakan 'eco-design', arsitektur ramah lingkungan, arsitektur alami, serta pembangunan berkelanjutan," kata Saifudin.

Technical Sales Development Manager Saint-Gobain Gypsum South East Asia Jose Carlos mengemukakan, masyarakat di Singapura telah banyak menggunakan drywall. Pemerintah Singapura tengah mendorong penggunaan drywall untuk menggantikan dinding bata sebagai usaha perlindungan terhadap lingkungan.


"Bahkan, keseriusan pemerintah Singapura tersebut telah diwujudkan dalam bentuk regulasi dan menargetkan 80 persen dari bangunan-bangunan yang ada di sana, sudah tersertifikasi 'green mark' pada 2030," kata Jose Carlos.

Gyproc baru-baru ini meluncurkan inovasi produk lainnya, yang tak kalah revolusioner yaitu Habito. Sebuah sistem dinding kering Gyproc yang menawarkan kenyamanan serta efisiensi proses pembangunan dengan beberapa kelebihan.

Kelebihan itu antara lain lima kali lebih kuat daripada dinding gypsum standar, lebih tahan terhadap guncangan yang terus menerus, memiliki insulasi suara yang lebih baik, mudah dipasang, serta mampu menahan beban hingga 30 kg per titik pemasangan.

HabitoTM sebagai dinding terkuat, telah lulus uji beban sehingga mampu untuk menahan hingga 30 kg per titik pemasangan. Hal itu memungkinkan pengguna untuk memasang barang-barang seperti rak TV, kitchen set, meja pajangan, lukisan dan lainnya dengan mudah, langsung di tempat yang diinginkan.

"Soal kekuatan jangan khawatir, dipukul dengan martil pun tidak akan pecah. Bahkan, tahan getaran dan guncangan gempa," kata Kriswido.

Pewarta :
Editor: Luqman Hakim
COPYRIGHT © ANTARA 2025