Pariwisata Indonesia masih terkendala akses transportasi

id Wisata

Pariwisata Indonesia masih terkendala akses transportasi

Pengunjung berselfie di areal wisata Taman Bunga Jalur Jogja Lintas Selatan (JJLS), Bantul, DI Yogyakarta. ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko/18.

Yogyakarta (Antaranews Jogja) - Kementerian Pariwisata mengakui pertumbuhan sektor pariwisata di Indonesia hingga saat ini masih terkendala persoalan akses transportasi.
       
"Akses transportasi masih menjadi permasalahan utama, khususnya transportasi udara," kata  Ketua Tim Pokja Percepatan Pembangunan Destinasi Pariwisata Prioritas Kementerian Pariwisata Hiramsyah S Thaib saat Media Briefing di Yogyakarta, Selasa.
         
Menurut Hiramsyah, untuk menopang potensi pariwisata di Indonesia yang cukup besar, pemerintah pusat telah berupaya menggenjot pembangunan infrastruktur transportasi udara, di samping darat, dan laut. "Aksesibilitas ini menjadi sarana untuk meningkatkan kunjungan wisatawan domestik maupun mancanegara," kata dia.
       
Pembangunan Bandara New Yogyakarta International Airport (NYIA), menurut Hiramsyah, menjadi salah satu contoh bukti keseriusan pemerintah untuk mengurai persoalan aksesibilitas pariwisata. 
       
Dengan keberadaan NYIA yang akan mulai beroperasi pada 2019, kata dia, akan efektif meningkatkan kunjungan wisata di sejumlah destinasi di Yogyakarta, Solo, maupun Semarang (Joglosemar).
       
"Bandara Adisutjipto sudah beroperasi jauh dari kapasitas awal, sehingga NYIA sangat penting untuk membuka sumbatan serta memperbesar akses kedatangan domestik maupun mancanegara," kata dia.
       
Selain kunjungan wisata, menurut dia, terurainya persoalan akses pariwisata juga diharapkan lebih banyak mendatangkan investor untuk menanamkan modalnya di sektor pariwisata di Indonesia.
       
Persoalan aksesibilitas pariwisata di Indonesia, menurut dia, juga akan menjadi salah satu tema yang akan dibahas dalam acara  Rapat Koordinasi pemerintah, pemerintah daerah, dan Bank Indonesia yang akan berlangsung pada 29 Agustus 2018 di Yogyakarta yang mengusung tema ""Memperkuat Sinergi dalam Akselerasi Pengembangan Destinasi Pariwisata Prioritas".
       
Direktur Eksekutif Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia (BI) Aida Budiman mengakui pertumbuhan penerimaan devisa dari sektor pariwisata sangat tinggi sehingga berbagai sektor pendukungnya harus terus ditingkatkan.
       
Ia menyebutkan berdasarkan data BI, pada 2010 penerimaan devisa dari sektor pariwisata mencapai 7 miliar dolar AS, dan pada 2017 tumbuh menjadi 14 miliar dolar AS.