Batan berupaya dekatkan diri kepada masyarakat

id batan,sttn

Batan berupaya dekatkan diri kepada masyarakat

kiri ke kanan: Aris Bastianudin, Efrizon Umar, Edy Giri Rachman Putra, dan Purnomo. (Foto Istimewa)

Yogyakarta (ANTARA) - Badan Tenaga Nuklir (Batan) melalui Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir (STTN) dan Pusat Sains dan Teknologi Akseralator (PSTA) berupaya mendekatkan diri kepada masyarakat dengan menggelar temu pelanggan di Auditorium STTN Yogyakarta, Senin.

"Gelaran temu pelanggan yang diikuti oleh beberapa institusi pendidikan, pemerintah, industri, swasta, rumah sakit, kelompok atau komunitas, lintas sektoral, dan masyarakat bertujuan untuk mengetahui tingkat kepuasan pelanggan terhadap layanan yang diberikan Batan," kata Ketua STTN Edy Giri Rachman Putera.

Selain itu, menurut Edy Giri, temu pelanggan itu juga bertujuan untuk mendapatkan umpan balik dan saran perbaikan terhadap layanan yang diberikan Batan kepada masyarakat. Forum itu juga sebagai jembatan antara Batan dengan pelanggan dalam menyampaikan aspirasi untuk perbaikan layanan khususnya PSTA dan STTN.

Ia mengemukakan berbagai layanan PSTA dan STTN yang diberikan kepada masyarakat antara lain penyelenggaraan pendidikan diploma 4, kunjungan fasilitas, pengujian sampel dan analisisnya, dan pemanfaatan fasilitas laboratorium.

Selama tahun 2018, PSTA telah menerima pengujian sampel dari masyarakat sebanyak 773 kali, sebanyak 2.307 orang telah berkunjung ke fasilitas nuklir Yogyakarta, dan 30 kali memberikan layanan pengujian kesesuaian pesawat sinar X.

Bersamaan dengan temu pelanggan itu, Edy Giri juga mencanangkan Zona Integritas Wilayah Bebas Korupsi (WBK) untuk kawasan nuklir Yogyakarta. Selain itu kegiatan tersebut menjadi rangkaian kegiatan peringatan 40 tahun Reaktor Kartini.

Kegiatan temu pelanggan itu, menurut Edy Giri, bukan menjadi satu-satunya cara untuk meningkatkan kualitas layanan meningkatkan jumlah pelanggan.

"Sosialisasi dan promosi pemanfaatan iptek nuklir untuk kesejahteraan perlu terus ditingkatkan. Menjalin kerja sama juga perlu dilakukan dalam rangka meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap pemanfaatan aplikasi teknologi nuklir," katanya.

Meskipun demikian, menurut dia, upaya meningkatan kualitas layanan PSTA dan STTN kepada masyarakat tidak terlepas dari berbagai hambatan.

Hambatan yang dirasakan antara lain waktu pelayanan terbatas pada jam kerja dan kurangnya SDM, beberapa personel yang memberikan layanan memiliki fungsi dan kedudukan rangkap sehingga kurang maksimal dalam memberikan layanan.

Selain upaya penambahan SDM untuk mengatasi hambatan yang ada, juga diperlukan perbaikan terhadap laboratorium agar kualitas layanan dapat meningkat. Dengan meningkatnya kualitas layanan BATAN kepada masyarakat diharapkan lebih banyak masyarakat yang dapat memanfaatkan hasil litbang Batan.

"Kami berharap semakin banyak masyarakat yang dapat memanfaatkan hasil litbang PSTA melalui kegiatan penelitian bersama baik untuk sesama lembaga litbang maupun perguruan tinggi," katanya.

Selain itu juga jasa layanan PSTA dan STTN dapat dimanfaatkan lebih luas oleh seluruh lapisan masyarakat, yang pada akhirnya dapat memberikan layanan terkait iptek nuklir yang mampu menjawab kebutuhan masyarakat sebagai bentuk hilirisasi dari kegiatan litbang iptek nuklir di Indonesia.

Deputi Bidang Sains dan Aplikasi Teknologi Nuklir (SATN) Efrizon Umar mengatakan kegiatan penelitian yang dilakukan Batan harus mengikuti perkembangan zaman. Kegiatan penelitian juga diharapkan mempunyai orientasi kepada kebutuhan pelanggan atau masyarakat.

Menurut dia, kegiatan riset harus mengantisipasi adanya perubahan zaman yang dirasa sangat cepat. Selain itu kegiatan riset harus ada akhirnya sesuai dengan target yang telah ditetapkan.

"Hal penting yang perlu diperhatikan adalah setiap kegiatan penelitian harus selalu menyertakan analisis terhadap kebutuhan 'stakeholder'. Dengan demikian semua hasil penelitian Batan dapat dimanfaatkan oleh para 'stakeholder' dan masyarakat pada umumnya," kata Efrison.
Pewarta :
Editor: Luqman Hakim
COPYRIGHT © ANTARA 2024