Enam pelajar SMP bersaing jadi duta antinarkoba

id Duta pelajar, antinarkoba

Enam pelajar SMP bersaing jadi duta antinarkoba

Grand final pemilihan duta pelajar antinarkoba di Kota Yogyakarta (Eka Arifa Rusqiyati)

“Enam SMP itu adalah hasil penyaringan dari seleksi yang sudah kami lakukan beberapa waktu lalu. Awalnya, ada 33 sekolah yang berpartisipasi kemudian disaring menjadi 20 sekolah dan disaring lagi sehingga hanya ada enam sekolah yang bisa maju ke baba

Yogyakarta (ANTARA) - Wakil dari enam SMP di Kota Yogyakarta menyampaikan argumen dan pendapat terbaik mereka tentang upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah penyalahgunaan narkoba agar bisa terpilih sebagai duta pelajar antinarkoba di Kota Yogyakarta.

“Enam SMP itu adalah hasil penyaringan dari seleksi yang sudah kami lakukan beberapa waktu lalu. Awalnya, ada 33 sekolah yang berpartisipasi kemudian disaring menjadi 20 sekolah dan disaring lagi sehingga hanya ada enam sekolah yang bisa maju ke babak grandfinal pemilihan duta pelajar antinarkoba,” kata Kepala Kantor Kesatuan Bangsa Kota Yogyakarta Zenni di Yogyakarta, Senin.

Keenam SMP tersebut adalah SMP Negeri 7 Yogyakarta, SMP Negeri 4 Yogyakarta, SMP Negeri 8 Yogyakarta, SMP IT Abu Bakar, SMP Mualimin dan SMP Mualimat.

Setiap sekolah diwakili oleh dua siswa yang tampil untuk memberikan presentasi mengenai langkah yang akan dilakukan untuk mencegah penyalahgunaan narkoba dan menjelaskan dampak buruk narkoba ke siswa lain atau masyarakat di lingkungan sekitar mereka.

Wakil dari sekolah yang terpilih sebagai duta pelajar antinarkoba akan memperoleh uang pembinaan dari Pemerintah Kota Yogyakarta, disertai piagam dan piala yang akan diserahkan pada puncak peringatan hari antinarkoba internasional pada Juni.

Keenam sekolah tersebut akan ditetapkan sebagai pemenang pertama hingga harapan tiga. Pemenang pertama memperoleh uang pembinaan Rp7,5 juta dan harapan ketiga Rp2,5 juta.

Duta pelajar antinarkoba yang terpilih, lanjut Zenni, akan dilibatkan dalam berbagai kegiatan untuk membantu mengampanyekan bahaya penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar serta mendorong sekolah untuk membentuk satuan tugas antinarkoba.

Sampai saat ini, lanjut Zenni, belum semua sekolah, khususnya SMP di Kota Yogyakarta yang memiliki satuan tugas antinarkoba. “Sudah lebih dari 50 persen yang memiliki satgas antinarkoba. Harapannya, seluruh sekolah memilikinya,” katanya.

Sementara itu, Kepala Badan Narkotika Nasional Kota Yogyakarta AKBP Khamdani mengatakan kegiatan tersebut ditujukan untuk memberikan pemahaman dan sosialisasi kepada pelajar tentang bahaya penyalahgunaan narkoba.

“Angka pengguna narkoba di kalangan pelajar dan mahasiswa cukup memprihatinkan sehingga perlu perhatian semua pihak agar generasi muda ini tidak terancam bahaya penyalahgunaan narkoba,” katanya.

Ia berharap, sekolah yang sudah mengikuti kegiatan pemilihan duta pelajar antinarkoba tersebut dapat membawa semangat tersebut ke lingkungan sekolah masing-masing untuk mengampanyekan bahaya penyalahgunaan narkoba ke seluruh siswa.

“Jika penjelasan terkait bahaya penyalahgunaan narkoba tersebut dilakukan langsung antarsiswa, saya kira hasilnya akan lebih baik. Mereka bisa berbicara dengan lebih leluasa. Kampanye pun bisa berjalan efektif dan siswa menyadari betapa berbahayanya penyalahgunaan narkoba,” katanya.

Berdasarkan hasil survei terkait pengguna narkoba yang dilakukan Pultikes UI menempatkan DIY di peringkat dua nasional dengan prevalensi 2,7 persen pada 2008. Namun, pada 2018 DIY menempati peringkat 31 dari 34 provinsi.

Hanya saja, ada catatan besar dalam survei tersebut yaitu, angka pelajar atau mahasiswa yang mencoba menggunakan narkoba cukup tinggi dibanding provinsi lain. Pada 2016, DIY menempati peringkat teratas untuk angka pelajar dan mahasiswa pengguna narkoba dan pada 2018 turun ke peringkat lima dari 13 provinsi yang disurvei.

“Sepanjang 2018, kami fokus mengampanyekan bahaya narkoba ke anak-anak SD,” katanya yang menyebut, salah satu pintu gerbang penyalahgunaan narkoba adalah merokok.

Sementara itu, Kepala Seksi Pencegahan dan Pemberdayaan Masyarakat BNN Kota Yogyakarta Susilo Budi Santoso mengatakan, satgas antinarkoba di SMP tidak hanya bertugas mengampanyekan bahaya narkoba di sekolahnya saja tetapi jika memungkinkan bisa membina sekolah di sekitarnya, misalnya untuk jenjang SD.

“Sudah ada beberapa temuan anak SD yang duduk di kelas 5 atau kelas 6 kedapatan sedang mencoba-coba merokok. Dikhawatirkan, mereka akan semakin terjerumus dan pada akhirnya mencoba narkoba. Pengaruh buruk itu datang dari lingkungannya. Misalnya menghabiskan banyak waktu di game center,” kata Susilo.

BNN Kota Yogyakarta mencatat, narkoba yang paling sering disalahgunakan adalah ganja, disusul sabu-sabu dan sejumlah psikotropika. Saat ini ada sekitar 200 jenis psikotropika sintetis yang beredar di Indonesia, namun belum semuanya masuk dalam lampiran Peraturan Menteri Kesehatan.

Pewarta :
Editor: Nusarina Yuliastuti
COPYRIGHT © ANTARA 2024