Kulon Progo susun proposal pembangunan jaringan sumber air baku untuk irigasi

id jaringan sumber air baku ,Kulon Progo,DPUPKP,Bendung Tinalah

Kulon Progo susun proposal pembangunan jaringan sumber air baku untuk irigasi

Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan dan Kawasan Permukiman (DPUPKP) Kulon Progo Gusdi Hartono. (Foto ANTARA/Sutarmi)

Kulon Progo (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, menyusun proposal pembangunan jaringan sumber air baku untuk tambahan debit saluran irigasi Kalibawang yang akan diajukan ke Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dalam mendukung percepatan cetak sawah baru.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan dan Kawasan Permukiman (DPUPKP) Kulon Progo Gusdi Hartono di Kulon Progo, Kamis, mengatakan rencana pembangunan jaringan sumber air baku seperti Bendung Tinalah dan Bendung Penjalin sudah dilakukan kajian.

"Hasil kajian tersebut akah kami gunakan sebagai dasar penyusunan proposal yang akan kami ajukan ke Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat," kata Gusdi.

Ia mengatakan Bendung Tinalah dan Bendung Penjalin membutuhkan biaya yang cukup besar. Pembangunan jaringan sumber air baku membutuhkan bangunan-bangunan kuat dan anggaran tinggi. Kalau dibangun menggunakan APBD kabupaten tidak akan mampu. Kalau tetap dipaksakan pembangunan akan lama atau bertahun-tahun.

"Untuk itu, kami mencoba mengajukan proposal ke Kementerian PUPR. Dari hasil komunikasi melalui seluler Kementerian PUPR membuka pintu, bahwa proposal itu ditunggu di kementerian," katanya.

Namun demikian, Gusdi mengakui DPUPKP Kulon Progo belum menyusun rencana detail teknis pembangunan Bendung Tinalah dan Bendung Penjalin sebagai jaringan sumber air baku untuk tambahan air saluran irigasi Kalibawang.

Pada 2020 ini, DPUPKP Kulon Progo tidak bisa menyusun DED Bendung Tinalah dan Bendung Penjalin melalui APBD Perubahan 2020 karena waktunya pendek dan keuangan terbatas. APBD Perubahan 2020 ini, anggarannya dialokasikan untuk program pembangunan fisik yang banyak melibatkan banyak tenaga kerja.

"Rencananya, pembuatan DED Bendung Tinalah dan Bendung Penjalin akan kami usulkan pada 2021," katanya.

Wakil Ketua Komisi III DPRD Kulon Progo Yuli Yantoro mengatakan Pemkab Kulon Progo harus membangun sumber air baku baru untuk menyiasati turunnya debit air Sungai Progo yang semakin parah setiap tahunnya. Selain untuk pengairan sawah, air Sungai Progo juga dimanfaatkan untuk sumber air baru PDAM Kulon Progo dan Spam Regional Karamantul.

Selain itu, air Sungai Progo yang dialirkan ke intake Kalibawang dan intake Karangtalun. Dengan ketentuan dari debit air Sungai Progo, 30 persen dialirkan ke intake Kalibawang dan 70 persen ke intake Karangtalun.

Air yang dialirkan ke intake Kalibawang untuk pengairan pertanian seluas kurang lebih 7.000 hektare (ha) di wilayah Kabupaten Kulon Progo dan air yang dialirkan ke intake Karangtalun untuk pengairan seluas kurang lebih 30.000 hektare, meliputi Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta dan sebagian Kabupaten Bantul.

Debit Sungai Progo semakin hari semakin berkurang, sehingga air yang masuk ke Kulon Progo juga tidak sampai 6 meter kubik per detik.

"Ke depan, debit Sungai Progo yang semakin kecil, akan terjadi 'rebutan' air. Di sektor pertanian, akan mengganggu masa tanam dan luas tanam. Untuk itu, kami minta pemkab membuat sumber air baku pendukung irigasi Kalibawang," ujar Yuli Yantoro.