Kulon Progo menambah tenaga pemelihara sabuk hijau selatan YIA

id sabuk hijau,DLH Kulon Progo,Bandara Internasional Yogyakarta

Kulon Progo menambah tenaga pemelihara sabuk hijau selatan YIA

Kondisi sabuk hijau selatan Bandara Internasional Yogyakarta di Kabupaten Kulon Progo banyak yang mati akibat kurang air dan perawatan. (ANTARA/Sutarmi)

Kulon Progo (ANTARA) - Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, akan membangun sumur bor dan menambah jumlah tenaga untuk pemeliharaan sabuk hijau seluas 50 hektare sepanjang selatan Bandara Internasional Yogyakarta.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kulon Progo Sumarsana di Kulon Progo, Senin, mengatakan green belt (sabuk hijau) di selatan Bandara Internasional Yogyakarta telah ditanam sejak akhir 2018 dan 2019 berupa cemara udang, pandan, nyamplung, ketapang, dan keben, namun sebagaimana diketahui bersama tidak lama berselang dari penanaman awal, banyak tanaman yang mati.

"Berdasarkan hasil pemantauan perlu dilakukan evaluasi agar tingkat pertumbuhan tanaman green belt makin baik dan tumbuh dengan bagus dalam rangka sebagai pencegah abrasi dan gelombang laut, serta mempercantik selatan Bandara Internasional Yogyakarta," kata Sumarsana.

Dia mengatakan seiring perjalanan waktu tanaman tersebut sudah disulami dan disiapkan sarana prasarana penunjang seperti halnya sumur untuk keperluan penyiraman. Namun demikian, jumlah sumur dan jumlah tenaga pengelola dirasa belum sepadan apabila dibandingkan dengan lahan green belt seluas 50 hektare.

Ke depan, perlu penambahan sumur dan tenaga pemelihara sehingga tanaman tersebut tidak hanya mendapatkan air seminggu sekali.

"Dari informasi salah satu tenaga pemelihara, dengan jumlah sumur dan tenaga yang ada dengan dibandingkan luasan tanaman, maka per batang tanaman baru bisa mendapatkan giliran penyiraman satu kali dalam seminggu,” katanya.

Sumarsana berharap dengan penambahan sarana prasarana penyiraman termasuk pompa dan selang, pihaknya optimis setiap tanaman dapat tersiram 2-3 kali per minggu sehingga tingkat kehidupannya menjadi tinggi, tidak terus-menerus hanya mengganti tanaman baru lagi.

"Sekarang masuk musim hujan tentu kehidupannya akan tinggi, tetapi nanti masuk musim kemarau berikutnya tentu memerlukan kebutuhan air yang lebih banyak,” katanya.

Sementara itu, Kepala Seksi Pengkajian dan Konservasi Lingkungan Bidang Tata Lingkungan DLH Kulon Progo Kahar mengatakan hal yang tidak kalah penting perlu mendapat perhatian adalah upah tenaga. "Walaupun bagaimana tenaga penyiram juga bekerja. Berhak sejahtera dan mendapat imbalan yang lebih dari layak,” katanya.

Salah satu anggota kelompok pemelihara green belt dari anggota kelompok Bumi Lestari Kalurahan Paliyan tersebut Suwardi mengatakan memasuki hujan di November-Desember, rencananya akan dilakukan penanaman ulang atau penyulaman tanaman kembali.

Waktu awal penanaman dulu karena belum disediakan sumber air dan pemilihan waktu tanam yang kurang tepat mengakibatkan persentase tanaman yang hidup hanya berkisar 50 persen.

"Mudah mudahan di November-Desember ini untuk penyulaman akan memperoleh hasil yang maksimal karena cuaca dan curah hujan mencukupi. Telah tersedia pula sumber air untuk membantu bilamana nanti curah hujan berkurang. Meskipun, baru tersebar di 26 titik dari hamparan Paliyan-Sindutan hingga Paliyan-Glagah,” katanya.