Yogyakarta (ANTARA) - Tanaman biofarmaka menjadi salah satu komoditas pertanian yang diberikan perhatian khusus oleh Kementerian Pertanian (Kementan).
Hal serupa dilakukan Politeknik Pembangunan Pertanian Yogyakarta Magelang (Polbangtan YoMa) yang mengembangkan kebun koleksi biofarmaka. Untuk mendukung hal ini, Polbangtan menggandeng Dunia Usaha Dunia Industri (DUDI).
Berdasarkan catatan Pusat Data dan Informasi Kementan, tanaman biofarmaka merupakan salah satu ragam jenis produk pertanian yang berkontribusi membantu kesuksesan Kementan mencetak surplus 1,7 miliar dolar AS dalam kegiatan perdagangan sektor pertanian Indonesia ke China pada 2020.
Tanaman biofarmaka memang sedang menjadi primadona di pasar dunia seiring dengan kondisi pandemi COVID-19 yang sedang melanda. Komoditas biofarmaka seperti jahe, serai, dan herbal lainnya diyakini masyarakat luas dapat meningkatkan imun tubuh dan menjaga kesehatan tubuh.
Untuk itu, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) menginstruksikan jajarannya untuk terus mendorong pengembangan tanaman herbal dan tanaman obat yang memiliki nilai ekonomis dan manfaat tinggi, khususnya di tengah pandemi saat ini.
"Sektor pertanian memiliki potensi yang sangat besar dalam menumbuhkan ekonomi nasional di tengah pandemi. Kita punya potensi berbagai tanaman obat nusantara yang saat ini banyak diburu oleh pasar," ujar Mentan SYL.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan Dedi Nursyamsi menekankan pentingnya melakukan "link and match" antara pendidikan vokasi pertanian dengan DUDI.
"Hal tersebut bertujuan agar kelak lulusan yang dihasilkan berkompeten dan cocok dengan kebutuhan industri pertanian," katanya.
Menindaklanjuti hal tersebut, Polbangtan YoMa, melalui Unit Teaching Factory (TEFA), mengolah salah satu kebun percobaan menjadi kebun pengembangan biofarmaka.
Kegiatan ini dilakukan bekerja sama dengan salah satu Mitra DUDI yaitu PT Naturindo.
Menggandeng DUDI menjadi kunci penting dalam mengembangkan Pendidikan Vokasi Pertanian. Karena, DUDI lebih mengetahui mengenai jenis kemampuan SDM yang dibutuhkan dunia usaha dan industri serta jenis produk pertanian yang diminati oleh pasar.
Kepala Unit TEFA Polbangtan YoMa Hermawan menyatakan bahwa kerja sama pengembangan Kebun Biofarmaka tersebut bukanlah rencana baru. Namun, telah dikaji dengan matang sejak akhir tahun lalu dan mulai dieksekusi pada awal Juli ini.
Kegiatan dilaksanakan di kebun percobaan Sempu dengan memanfaatkan lahan seluas 1.000 m2.
"Kebun percobaan sempu ini nantinya akan menjadi pusat pembelajaran biofarmaka bagi mahasiswa maupun petani sekitar. Bersama dengan DUDI, kami akan membuat demplot pembibitan, demplot penananaman, unit pengolahan pascaproduksi, hingga pada penaanganan pemasarannya," katanya.
Hermawan menjelaskan, pada jangka panjang pihaknya menggagas akan membuat kebun koleksi tanaman biofarmaka. Tujuannya, sebagai sarana penunjang kegiatan pembelajaran bagi mahasiswa sekaligus diproyeksikan menjadi agroeduwisata.
Hingga saat ini progres kegiatan pengembangan kebun sudah memasuki tahap persiapan kebun bibit. Pemilihan tanaman biofarmaka yang dikembangkan berdasarkan saran dari mitra DUDI yang lebih berpengalaman mengetahui permintaan pasar.
Tercatat berbagai macam rimpang seperti jahe, kunyit, aneka temu dan tanaman herbal akan dikembangkan di lahan tersebut.