Jakarta (ANTARA) - Detektif Enola Holmes kembali hadir dengan kisah yang lebih kompleks. Masih dibintangi oleh Millie Bobby Brown, “Enola Holmes 2” membawa pesan soal perjuangan dan kesetaraan perempuan, melalui adegan-adegan heroik tapi menyenangkan untuk ditonton.
"Enola Holmes 2" menceritakan tentang perjalanan Enola (Millie Bobby Brown) yang mulai hidup mandiri di London setelah menyelesaikan kasus pertamanya. Dia mendirikan sebuah kantor detektif swasta untuk membuktikan bahwa dirinya bisa lepas dari bayang-bayang besar nama Sherlock Holmes (Henry Cavill) atau sang kakak.
Namun, kenyataan tak seindah angan. Enola kerap dipandang sebelah mata lantaran pada saat itu tahun 1888, pekerjaan detektif hanya untuk laki-laki. Setiap tamu yang datang untuk meminta bantuan, akhirnya mundur karena mendapati bahwa Enola adalah seorang perempuan.
Putus asa, Enola pun berencana untuk menutup kantornya. Saat mulai membereskan sisa-sisa barang di kantor, seorang gadis kecil bernama Bessie Chapman (Seranna Su-Ling Bliss) datang untuk meminta bantuan kepada Enola.
Dia bercerita bahwa sang kakak hilang dalam waktu satu malam tanpa meninggalkan jejak. Enola yang awalnya tak begitu tertarik, akhirnya membantu Bessie memecahkan misteri tersebut.
Sadar Sherlock masih terus mengawasi gerak-geriknya, Enola menyembunyikan kasus baru tersebut dari sang kakak agar tidak diambil alih. Dia yakin apa yang sedang ditanganinya sekarang merupakan sebuah kasus besar.
Di sisi lain, Sherlock juga tengah menangani kasus yang sangat besar. Dia enggan membagi informasi tersebut kepada Enola karena takut adiknya meminta untuk dilibatkan.
Tanpa disadari, keduanya ternyata sedang terlibat masalah besar yang bisa mengancam keselamatan.
Isu perjuangan dan kesetaraan
Masih disutradarai oleh Harry Bradbeer, film ini banyak membicarakan soal perjuangan dan kesetaraan para perempuan hingga hak pekerja di era 1800-an.
Dalam "Enola Holmes 2", para penonton akan diajak melihat bagaimana realita kehidupan masyarakat London yang masih kental budaya patriarkinya. Para wanita hanya dianggap sebelah mana dalam pekerjaan apa pun, meski memiliki kemampuan yang setara atau lebih maju dari kaum pria.
Para wanita yang berani mengeluarkan pendapat atau melawan peraturan yang dibuat oleh atasan, dalam hal ini laki-laki, akan mendapat hukuman.
Bradbeer menggambarkan perjuangan kaum perempuan untuk meraih kesetaraan melalui adegan-adegan perlawanan buruh di pabrik korek api, gerakan kaum akar rumput yang dipimpin oleh Eudoria (Helena Bonham Carter) atau ibu Enola serta keberanian Enola sendiri dalam mendobrak norma-norma yang ada.
Pesan yang disampaikan melalui "Enola Holmes 2" ini sedikit banyak mampu memberikan inspirasi bagi para penonton perempuan untuk berani berjuang dan mengejar apa yang diinginkan untuk mendapat kehidupan yang lebih baik di masa depan.
Apa yang diperjuangkan oleh Enola, Eudoria atau para perempuan pekerja pabrik tahun 1888 pun masih relevan dengan realita masyarakat dunia saat ini.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: "Enola Holmes 2": Perjuangan, cinta, dan kesetaraan