Semasa hidup, Raja Denpasar IX gencar "uru-uri" budaya
Denpasar (ANTARA) - Raja Denpasar IX dari Puri Agung Denpasar Ida Cokorda Ngurah Jambe Pemecutan yang wafat pada hari Minggu dini hari dikenal sebagai raja yang giat melestarikan budaya puri semasa hidupnya.
Putra tertua dari Ida Cokorda Ngurah Jambe Pemecutan, yaitu Anak Agung Ngurah Agung Wira Bima Wikrama mengatakan bahwa ayahnya semasa hidup titahnya mengenai pelestarian budaya puri pasti diikuti banyak orang.
"Beliau (Raja Denpasar IX) bijaksana, mengayomi dan punya kharisma, semua kalau sudah beliau memberi titah pasti jadi patokan terutama untuk menjaga pelestarian budaya puri atau keraton dan kita juga mengajak puri-puri lain melestarikan," kata Agung Wira Bima Wikrama di Denpasar, Minggu.
Agung Wira bercerita, sejak ayahnya dinobatkan sebagai raja melalui prosesi abiseka ratu, ia sudah menyatakan komitmen pelestarian budaya puri.
Menurut mendiang raja, jika itu hilang maka budaya akan hilang bersamaan, lantaran masyarakat Bali selalu berkaca pada puri.
"Masyarakat kan melihatnya ke puri, apa yang dilestarikan oleh puri itu yang diikuti. Maka, puri juga harus beradaptasi dengan kemajuan zaman," tuturnya mengikuti nasehat almarhum Raja Denpasar IX.
Proses abiseka ratu sendiri kembali hadir di Bali saat penobatan Raja Denpasar IX tahun 2005 lalu, Ida Cokorda Ngurah Jambe Pemecutan menjadi penggerak kembali prosesi tersebut sejak Indonesia merdeka 1945.
Selanjutnya, tepat setahun setelah mengemban peran seorang raja, Raja Denpasar IX membentuk Forum Silaturahmi Keraton Nusantara (FSKN) sebagai organisasi keraton atau puri pertama di tingkat nasional yang mewadahi para raja dengan budaya masing-masing.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Raja Denpasar IX dikenal giat melestarikan budaya puri semasa hidup
Putra tertua dari Ida Cokorda Ngurah Jambe Pemecutan, yaitu Anak Agung Ngurah Agung Wira Bima Wikrama mengatakan bahwa ayahnya semasa hidup titahnya mengenai pelestarian budaya puri pasti diikuti banyak orang.
"Beliau (Raja Denpasar IX) bijaksana, mengayomi dan punya kharisma, semua kalau sudah beliau memberi titah pasti jadi patokan terutama untuk menjaga pelestarian budaya puri atau keraton dan kita juga mengajak puri-puri lain melestarikan," kata Agung Wira Bima Wikrama di Denpasar, Minggu.
Agung Wira bercerita, sejak ayahnya dinobatkan sebagai raja melalui prosesi abiseka ratu, ia sudah menyatakan komitmen pelestarian budaya puri.
Menurut mendiang raja, jika itu hilang maka budaya akan hilang bersamaan, lantaran masyarakat Bali selalu berkaca pada puri.
"Masyarakat kan melihatnya ke puri, apa yang dilestarikan oleh puri itu yang diikuti. Maka, puri juga harus beradaptasi dengan kemajuan zaman," tuturnya mengikuti nasehat almarhum Raja Denpasar IX.
Proses abiseka ratu sendiri kembali hadir di Bali saat penobatan Raja Denpasar IX tahun 2005 lalu, Ida Cokorda Ngurah Jambe Pemecutan menjadi penggerak kembali prosesi tersebut sejak Indonesia merdeka 1945.
Selanjutnya, tepat setahun setelah mengemban peran seorang raja, Raja Denpasar IX membentuk Forum Silaturahmi Keraton Nusantara (FSKN) sebagai organisasi keraton atau puri pertama di tingkat nasional yang mewadahi para raja dengan budaya masing-masing.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Raja Denpasar IX dikenal giat melestarikan budaya puri semasa hidup