Ini cerita Tafik Oktavia bangun watak anak usia dini

id Merdeka Belajar,Kemendikbudristek,PSF,Putera Sampoerna Foundation,Pusat Belajar Guru,PBG,Kubu Raya,Muda Mahendrawan

Ini cerita Tafik Oktavia bangun watak anak usia dini

Tafik Oktavia, guru TK Negeri Pembina Kecamatan Kubu, Kabupaten Kubu Raya, Kalbar, di tengah muridnya, Jumat (13/10/2023). ANTARA/Erafzon Saptiyulda AS

Jakarta (ANTARA) - Azan Subuh masih terngiang di telinga Tafik. Ia sudah bersiap ke Sungai Raya, Ibu Kota Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, dengan menempuh jalan darat selama 2 jam menggunakan sepeda motor.

Tafik Oktavia, S.Pd (45 tahun) adalah guru TK Negeri Pembina di Kecamatan Kubu, Kabupaten Kubu Raya. Selama 3 tahun (2021-2023) dia harus pergi dan pulang untuk sesuatu yang mungkin absurd bagi sebagian orang, tetapi sesuatu yang menantang bagi dirinya, yakni meningkatkan kualitas diri sebagai guru TK.

Ya, guru TK. Profesi yang sudah digelutinya sejak 2002 atau sejak 21 tahun lalu. Anak transmigran pada 1983 itu memilih jadi guru TK setelah ditawari mengajar di TK Aisyiyah Muhammadiyah di Pontianak.

Tiga bulan mengajar, Tafik yang hanya lulus SMA lalu ditawarkan kuliah Pendidikan Guru TK (PG-TK) Diploma2 di Universitas Muhammadiyah Pontianak dengan beasiswa. Setelah bekerja kasar membantu suami mencari nafkah, Tafik memantapkan diri menjadi guru TK sebagai ladang amal.

Ladang amal karena gaji guru TK kala itu tidak besar. Dia masih tetap bekerja kasar untuk membantu keuangan keluarga. Gigih dan istikamah menjadi pegangan hidupnya.


Keguguran

Karena itu pula, pulang pergi dengan sepeda motor setelah Subuh, pukul 05.30 WIB dan pulang dari tempat pelatihan pukul 15.00 WIB, bukan hal berat baginya. Saking semangatnya dia mengalami keguguran dua kali karena ikut pelatihan.

Mengapa keguguran? Tafik dalam kondisi hamil muda naik sepeda motor selama 2 jam ke tempat pelatihan sehingga mengalami pendarahan dan itu terjadi dua kali, yakni di November 2021 dan pertengahan 2022.

Pertanyaan sederhananya, pelatihan apa yang membuat Tafik dan 34 guru Kubu Raya lainnya begitu antusias mengikuti pelatihan selama 3 tahun tanpa putus?

Pelatihan itu bernama Pusat Belajar Guru (PBG) yang diinisiasi oleh Putera Sampoerna Foundation (PSF). Organisasi ini menebar virus kepada 35 guru terpilih untuk rela mengikuti pelatihan secara berkala dan teratur menjadi fasilitator (pelatih) bagi guru-guru lainnya untuk menebarkan ilmu.

PBG menjadikan mengajar itu menarik dengan bahasa yang komunikatif dengan alat bantu peraga agar belajar tidak membosankan di kelas. Setiap modul pelatihan diajarkan, dipahami, lalu dipraktikkan di kelas, direkam, kemudian dibahas pada pertemuan berikutnya.
Tafik Oktavia, guru TK Negeri Pembina Kecamatan Kubu, Kabupaten Kubu Raya, Kalbar, Jumat (13/10/2023). ANTARA/Erafzon Saptiyulda AS

Lebih aplikatif

Tafik awalnya bukanlah 200-an guru yang terpilih dari Dinas Pendidikan Kubu Raya untuk ikut proses seleksi. Ketika dia tau dari mulut ke mulut bahwa organisasi sosial itu membuka peluang meningkatkan kompetensi guru dalam mengajar, dia berinisiatif mencoba mengikuti seleksi berupa ujian tertulis dan wawancara.

Alhamdulillah, dia lulus bersama seorang guru TK lainnya, sisanya yang lulus adalah guru SD dan SMP. Guru TK dinilainya acap dipandang sebelah mata karena ada anggapan mereka hanya guru yang mengajarkan bernyanyi dan bermain.

Namun, sesungguhnya dari TK atau pendidikan usia dini, karakter anak dibentuk dan motivasi ditanamkan. Anak yang cerdas dan pintar di sekolah lanjutan adalah hasil dari pendidikan karakter kala menempuh pendidikan usia dini.

Lalu, apa bedanya PBG dan Guru Penggerak (GP)? PBG dinilai lebih aplikatif untuk pengajaran, terutama pada cooperative learning dan lembar kerja (graphic organizer).

Modulnya dirancang untuk berpihak atau memberi tekanan kepada kebutuhan murid, sementara pembelajaran pada GP lebih kepada manajerial karena pesertanya dipersiapkan menjadi kepala sekolah. Dengan demikian, membandingkan keduanya juga tidak setara, namun saling melengkapi sesuai kebutuhan.

Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Kisah Tafik membangun karakter anak usia dini
Pewarta :
Editor: Herry Soebanto
COPYRIGHT © ANTARA 2024