Kapal Filipina bikin ketegangan di Laut China Selatan

id china,filipina,laut china selatan,Ren'ai Jiao,Beting Ayungin,mao ning

Kapal Filipina bikin ketegangan di Laut China Selatan

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning saat menyampaikan keterangan kepada media di Beijing, China pada Senin (11/12/2023) (ANTARA/Desca Lidya Natalia)

Beijing (ANTARA) - Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning mengatakan Filipina menjadi pihak yang bertanggung jawab atas terciptanya ketegangan di Laut China Selatan.

"Tanggung jawab atas keadaan darurat yang terjadi baru-baru ini di perairan sekitar Ren'ai Jiao sepenuhnya berada di tangan Filipina," kata Mao Ning saat menyampaikan keterangan kepada media di Beijing, China pada Senin.

Pulau karang yang dikenal sebagai "Ren'ai Jiao" oleh China dan disebut "Beting Ayungin" dalam sebutan Filipina merupakan bagian dari Kepulauan Spratly yang disengketakan kedua negara. Kepulauan Spartly adalah sebuah kepulauan besar yang diklaim oleh China dan beberapa negara Asia lain di Laut China Selatan.

Diketahui pada Minggu (10/12), kapal-kapal China menembakkan meriam air ke tiga kapal Filipina untuk mengirimkan pasokan kepada para nelayan di Scarborough Shoal, kemudian terjadi juga tabrakan antara kapal Filipina dan China di Second Thomas Shoal, tempat sejumlah tentara Filipina ditempatkan di kapal perang BRP Sierra Madre sebagai "markas terapung" sejak 1999 bagi penjaga pantai Filipina walau China sudah memprotes hal tersebut.

"Hal ini sangat melanggar kedaulatan China dan membahayakan keselamatan kapal dan personel China. Penjaga Pantai China (CCG) sudah mengambil tindakan hukum yang diperlukan terhadap kapal Filipina sesuai dengan hukum dalam negeri dan internasional dan Kementerian Luar Negeri China telah mengajukan démarche (protes) serius sebagai protes keras kepada Filipina," ujar Mao Ning.

Mao Ning lalu menekankan bahwa Ren'ai Jiao adalah bagian dari Nansha Qundao (Kepulauan Spratly) sebagai bagian dari China.

"China memiliki kedaulatan yang tak terbantahkan atas Nansha Qundao, termasuk Ren'ai Jiao, dan perairan sekitarnya. Hal ini terjadi dalam perjalanan sejarah yang panjang dan konsisten dengan hukum internasional termasuk Piagam PBB," papar Mao Ning.

Akar permasalahan ketegangan di perairan tersebut, menurut Mao Ning, adalah Filipina yang telah mengingkari janjinya dan menolak untuk menarik kapal perang yang ditempatkan secara ilegal di terumbu karang tersebut dan berusaha memperkuatnya dalam skala yang lebih besar agar dapat menduduki Ren'ai Jiao secara permanen.

"China dengan tegas menentang upaya Filipina untuk menduduki Ren'ai Jiao dan telah menegaskan sikap ini di berbagai kesempatan. Kami juga menuntut agar Filipina tidak mengirimkan bahan-bahan konstruksi ke kapal perang tersebut," ungkap Mao Ning.


Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Beijing: Kapal Filipina ciptakan ketegangan di Laut China Selatan
Pewarta :
Editor: Herry Soebanto
COPYRIGHT © ANTARA 2024