Denpasar (ANTARA Jogja) - Ketua Majelis Utama Desa Pekraman (MUDP) Provinsi Bali, Jro Mangku Gde Suwena Putus Upadesa menilai, adat dan budaya Bali memiliki elastisitas yang senantiasa mengikuti perkembangan zaman.
"Adat dan budaya yang berkembang dalam kehidupan masyarakat Bali bertitik tolak pada nilai-nilai yang bersumber pada ajaran agama Hindu yang dianut masyarakat setempat," kata Ketua MUDP Bali, Jro Mangku Gde Suwena di Denpasar, Sabtu.
Ia mengatakan, penguatan dan pelestarian budaya menjadi bagian yang tidak terlepaskan dengan pemberdayaan ekonomi (pariwisata).
"Jika pemberdayaan ekonomi pariwisata dipandang sebagai pembangunan pisik yang didominasi pada aspek yang bersifat kapitalistik, sehingga mengarah pada industri yang bersifat libaristik," katanya.
Jro Mangku Gde Suwena menambahkan, sebaliknya jika adat dan budaya Bali dijadikan komoditas transaksi pariwisata akan selalu menyesuaikan dengan kebutuhan pasar.
Namun konsep pembangunan seperti itu tidak akan berumur panjang serta tidak mencerminkan konsep pembangunan yang berkelanjutan. Selain itu adat dan budaya tidak menunjukkan dinamisasi dan menimbulkan keterbelakangan yang bersifat kaku.
Oleh sebab itu kontruksi pemikiran dalam konteks pembangunan pariwisata Bali adalah, adat dan budaya Bali menjadi potensi sekaligus memberikan refleksi pengembangan kepariwisataan.
Untuk itu pariwisata Bali harus dibangun berdasarkan sinergi antara kekuatan ekonomi yang berlandaskan pada potensi yang bersumber pada adat dan budaya Bali.
Sebaliknya jika pariwisata Bali semata-mata dibangun berdasarkan kekuatan ekonomi tanpa bersinergi dengan potensi adat dan budaya, Bali dalam waktu yang tidak lama ditinggalkan wisatawan.
Turis menganggap Bali tidak lagi indah dan mempesona, kecuali penuh dengan hotel dan restoran yang tidak lagi memiliki daya tarik untuk dikunjungi, ujar Jro Mangku Gde Suwena.
(I006)