Bantul (ANTARA Jogja) - Sebagian kalangan perajin tempe benguk di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, tidak terganggu dengan kenaikan harga bahan baku kedelai.
Perajin tempe benguk asal Dusun Gemahan, Desa Ringinharjo, Bantul, Tukiyem, Rabu mengatakan, dalam membuat tempe dirinya menggunakan benguk (mucuna prurien) yakni tanaman perdu alternatif kedelai.
"Kalau kedelai kan biasanya impor, sedangkan benguk bisa didapat dari Imogiri (Bantul) dan Wonosari (Gunung Kidul)," katanya yang merintis usaha itu bersama suaminya Partijan.
Menurut dia, dengan dibantu dua orang tenaga tiap hari dirinya dapat memproduksi sekitar 40 kilogram benguk. Tiap satu kilogram benguk dapat diolah menjadi sekitar 25 bungkus tempe.
"Harga benguk sejak satu bulan lalu hingga kini masih stabil, yakni sebesar Rp5.500 per kilogram. Sedangkan tempe benguk yang besar dijual dengan harga Rp600 per biji dan yang kecil Rp400 per biji," katanya.
Ia mengakau, karena harga benguk cukup stabil, selama 18 tahun menjadi perajin tempe benguk, dirinya belum pernah menyusutkan ukuran produknya akibat mahalnya harga bahan baku."Dari dulu ya segini ukurannya," katanya.
Salah seorang tenaga kerjanya, Aswiyah mengatakan, meski prospek bisnis tempe benguk cukup menjanjikan, namun banyak perajin yang telah menanggalkan usahanya dan beralih ke profesi lain.
"Mungkin karena proses pengolahannya memakan waktu panjang dan cukup melelahkan, karena untuk mengolah benguk hingga menjadi tempe siap santap, dibutuhkan waktu paling minim sekitar enam hari," katanya.
Menurut dia, penyebab lamanya pengolahan itu karena benguk harus disaring berkali-kali dengan direbus sebanyak empat kali, karena jika pengolahannya tidak tuntas, maka racun benguk berbahaya.
"Bahkan racun itu bisa menyebabkan kematian, namun sejak usaha ini berdiri (1994), belum ada laporan salah satu pelanggan yang mengeluh sakit," katanya.
(KR-HRI)
Berita Lainnya
Tempe diminati di Festival Makanan ASEAN 2023
Senin, 7 Agustus 2023 6:25 Wib
Bupati Sleman meluncurkan Omah Jadah Kaliurang
Minggu, 25 Juni 2023 15:00 Wib
Ahli gizi: Nutrisi agar tak hilang, tempe harus direbus
Rabu, 26 April 2023 6:33 Wib
Masyarakat jangan berlebihan mengonsumsi tempe, kata ahli
Rabu, 26 April 2023 6:28 Wib
Kuliner Indonesia dipromosikan di Malaysia
Senin, 27 Februari 2023 5:36 Wib
Disperindag Sleman mensinergikan industri dan pariwisata
Kamis, 15 Desember 2022 17:36 Wib
Disdagin Kulon Progo mengimbau perajin tahu dan tempe tetap produksi
Kamis, 27 Oktober 2022 20:14 Wib
Ratusan jadah tempe ludes dinikmati wisatawan pada Gelar Budaya HUT RI
Rabu, 17 Agustus 2022 23:12 Wib