Yogyakarta programkan revitalisasi "Alas Mentaok"

id yogyakarta programkan revitalisasi

Yogyakarta programkan revitalisasi "Alas Mentaok"

Ilustrasi Kota Hijau (Foto kampunghijauyogya.blogspot.com)

Jogja (ANTARA Jogja) - Badan Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta memprogramkan revitalisasi "Alas Mentaok" sebagai salah satu upaya untuk mewujudkan Yogyakarta sebagai Kota Hijau.

"Dalam program ini, penanaman pohon di Kota Yogyakarta tidak bisa dilakukan asal-asalan. Tetapi penanam pohon harus dilakukan berdasarkan konsep tertentu, terutama pemilihan jenis pohon yang akan ditanam," kata Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Yogyakarta Eko Suryo Maharso di Yogyakarta, Minggu.

Menurut dia, "Alas Mentaok" tidak bisa dilepaskan dari perkembangan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kota Yogyakarta sehingga sejarah dan budaya tersebut tidak bisa dilepaskan begitu saja dalam kehidupan sehari-hari masyarakatnya.

Eko mengatakan, wilayah Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dulu berupa "alas" atau hutan yang dipenuhi Pohon Mentaok sehingga lebih dikenal sebagai Alas Mentaok. Saat ini, wilayah tersebut ada di Kotagede.

BLH Kota Yogyakarta sudah menyusun konsep program revitalisasi Alas Mentaok yang disesuaikan dengan periodisasi perkembangan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.

Konsep tersebut adalah saat Yogyakarta masih menjadi Kerajaan Mataram yang dipimpin Panembahan Senopati, masa kepemimpinan Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) I hingga HB III, masa Yogyakarta saat dipimpin oleh Sri Sultan HB IX dan masa perjuangan Indonesia, serta kondisi Yogyakarta saat ini.

"Karenanya, pohon-pohon yang nantinya ditanam harus bisa mencerminkan dan menceritakan sejarah Yogyakarta. Selama ini, wisawatan datang ke Yogyakarta karena ingin tahu budaya yang ada. Ini yang coba kami kembalikan," katanya.

Selain Mentaok, sejumlah pohon yang juga mampu mewakili cerita sejarah Yogyakarta adalah Pohon Asem, Munggur, Timoho, Tunjung dan Kenari.

"Bahkan, nama-nama pohon tersebut dijadikan nama jalan di Yogyakarta. Nanti, kami juga akan menanami jalan dengan jenis pohon yang sesuai. Pohon yang sudah tertanam tidak akan dicabut," katanya.

Eko berharap, rencana revitalisasi tersebut bisa dilaksanakan mulai pertengahan tahun dan masyarakat bisa segera menikmati hasilnya.

"Kami akan mengeluarkan semacam panduan dalam pemilihan pohon yang sesuai, termasuk bibit dari pohon-pohon tersebut," katanya.

Sementara itu, Direktur Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Yogyakarta Suparlan mengatakan, konsep penghijuan memang harus didasarkan pada budaya, serjarah dan kondisi lingkungan setempat.

"Namun, pemerintah juga harus memperhatikan keseimbangan vegetasi, termasuk jenis pohon perindang tepi jalan yang mampu menyerap karbondioksida," katanya.

(E013)