Remy Sylado: jangan terlalu curiga kebudayaan barat

id kebudayaan barat

Remy Sylado: jangan terlalu curiga kebudayaan barat

Seniman Remy Sylado (antaranewes.com)

Temanggung (ANTARA Jogja) - Seniman Remy Sylado mengatakan jangan terlalu mencurigai kebudayaan dari negara Barat, karena dalam memandang sebuah kebudayaan harus lebih arif dan ada akulturasi.

"Kalau bicara kebudayaan, harus arif karena tidak ada kebudayaan yang terpagar rapat, ada perkawinan budaya, ada akulturasi," katanya pada dialog seni dan budaya di Temanggung, Jawa Tengah, Kamis.

Ia mengatakan, jika akan menolak kebudayaan asing harus menggunakan nalar.

Ia menuturkan, tidak perlu menyalahkan kekuatan budaya luar, seperti Korea maupun Taiwan yang belakangan deras masuk ke Indonesia dan mempengaruhi pola pikir dan budaya bangsa, terutama generasi muda.

Menurut dia, yang salah adalah ketidakmampuan bangsa ini mengolah budaya sendiri agar setara dengan budaya luar.

"Kita tidak pernah membagikan kebudayaan kita pada barat. Kita tidak pernah punya kekuatan mempengaruhi barat karena kita telah lebih dulu jadi kacung barat sehingga tidak bisa setara," katanya.

Ia mencontohkan perlawanan Pangeran Diponegoro menggunakan sorban terhadap penjajah Belanda karena ketidakberdayaannya pada penghinaan Daendels yang menyebut kebudayaan gamelan tidak sempurna karena hanya menggunakan nada pentatonis dan bukan diatonis.

Penghinaan itu membuat Diponegoro marah dan tersinggung. Padahal, sekarang pentatonis pun sudah berkembang.

"Kalau kita mau orang barat mengubah pandangannya pada kita, maka ubah dulu diri kita," katanya.

Dosen Institut Seni Indonesia (ISI), Sumbo Kinarduko, meminta generasi muda tidak sekadar menjadi "follower" kebudayaan luar seperti Korea dan Taiwan.

Ia beranggapan kebudayaan luar tersebut belakangan mulai menjajah Indonesia melalui kebudayaan. Dia meminta generasi muda meraih masa depannya sendiri dengan kebudayaan yang dimiliki.

"Akui dan hargai kebudayaan sendiri. Kenapa tidak sadar anda punya kekuatan kebudayaan tapi malah ambil kebudayaan lain, seolah anda jadi orang hebat dan modern, sedangkan kebudayaan sendiri dicuri orang asing, sehingga proses komunikasi tidak berdasarkan akar kebudayaan Indonesia," katanya.

Ia mengatakan, kesenian dan kebudayaan mengajak untuk menyejajarkan akal dan pikiran dengan perasaan. Dengan demikian, hidup Indonesia akan lebih nyaman bila berbasis kebudayaan lokal. Kebudayaan merupakan roh dari kehidupan. Jika tidak ada kebudayaan, maka manusia hanya akan jadi robot. 

(H018)