Sleman (Antara Jogja) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta mengimbau masyarakat tetap mewaspadai potensi angin kencang pada musim pancaroba saat ini.
"Selama peralihan musim hujan ke kemarau ini, potensi terjadinya angin kencang masih cukup tinggi," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman Julisetiono Dwi Wasito, Senin.
Menurut dia, masyarakat harus tetap waspAda terhadap kondisi peralihan cuaca yang ekstrim.
"Perubahan dari panas ke mendung dapat menyebabkan angin kencang. Karena itu, di masa pancaroba ini masyarakat tetap perlu berhati-hati apalagi kejadiannya mendadak," katanya.
Ia mengatakan, potensi angin kencang biasanya ditandai kondisi cerah dan panas pada pagi hari, namun tiba-tiba siangnya berubah menjadi mendung pekat.
"Perbedaan tekanan udara secara mendadak ini yang berpotensi menimbulkan angin kencang. Bahkan jika suhu udara berubah dingin dapat memunculkan kejadian hujan es," katanya.
Julisetiono mengatakan, mengingat potensi angin kencang masih relatif tinggi, pihaknya menyarankan warga untuk memangkas pohon di lingkungan sekitar tempat tinggal yang dirasa terlalu rimbun atau rawan roboh.
"Ini untuk langkah antisipasi agar saat terjadi peristiwa angin kencang, tidak ada kerugian materiil maupun korban jiwa akibat pohon tumbang," katanya.
Ia mengatakan, dalam hal ini butuh kesadaran masyarakat untuk melakukan upaya pencegahan.
"Perlu diingat bahwa bencana tidak mungkin bisa dihindari tapi setidaknya ancaman dapat diminimalisir," katanya.
Koordinator Stasiun Klimatologi dan Radar Cuaca BMKG Yogyakarta Joko Budiyono mengatakan pada umumnya kondisi cuaca di DIY lebih dominan berawan.
"Secara umum penyebab hujan dalam beberapa hari karna beberapa faktor seperti faktor global yakni menguatnya angin pasat timuran yang berdampak pada penambahan massa uap air dari samudera pasifik menuju ke wilayah Indonesia," katanya.
Ia mengatakan, selain itu faktor regional yakni aktifnya "madden julian oscilator" (MJO) di wilayah Indonesia yang menyebabkan suhu permukaan laut di pesisir selatan jawa cukup hangat dengan anomali.
"Kemudian faktor lokal yakni faktor topografi utamanya untuk dataran tinggi akan lebih cepat dan mudah dalam proses pembentukan awan. Melihat faktor-faktor itulah maka potensi pembentukan awan hujan masih akan terjadi di wilayah DI Yogyakarta hingga beberapa hari ke depan," katanya.
(V001)
Berita Lainnya
267 rumah warga rusak akibat gempa Garut, Jabar
Senin, 29 April 2024 13:42 Wib
Awas, tiga sumber ancaman gempa di DKI Jakarta
Minggu, 28 April 2024 20:41 Wib
Gempa Garut, Jabar, akibatkan empat orang terluka
Minggu, 28 April 2024 14:09 Wib
Puluhan rumah warga rusak akibat gempa Garut, Jabar
Minggu, 28 April 2024 9:37 Wib
Usai gempa, Garut, Jabar, pantau seluruh daerah
Minggu, 28 April 2024 6:47 Wib
Gempa Garut terasa hingga Sukabumi, Jabar, warga panik
Minggu, 28 April 2024 6:32 Wib
Tiga warga tertimbun longsor, kini tengah dicari
Jumat, 26 April 2024 10:02 Wib
Lima RT di Jakarta Selatan banjir
Kamis, 25 April 2024 9:13 Wib