Pemkab Gunung Kidul canangkan keluarga pemantau jumantik

id jumantik

Pemkab Gunung Kidul canangkan keluarga pemantau jumantik

ilustrasi nyamuk penyebar DBD (bengkulu.antaranews.com)

Gunung Kidul, (Antara Jogja) - Pemerintah Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mencanangkan Program Keluarga Pemantau Jumantik untuk menekan jumlah kasus demam berdarah dengue yang setiap tahun meningkat di wilayah tersebut.

Bupati Gunung Kidul Badingah di Gunung Kidul, Rabu, melakukan pencanangan secara simbolis di Balai Dusun Budegan, Piyaman, Wonosari.

"Melalui program ini diharapkan satu keluarga terdapat satu juru pantau jentik (Jumantik)," kata Badingah.

Selain itu, ia mengatakan demam berdarah Dengue (DBD) masih menjadi permasalah serius tidak hanya di Gunung Kidul, tetapi skala nasional.

"Waktu kewaktu tidak kunjung surut tetapi malah meningkat, sempat merengut korban jiwa. Pada 2016 terdapat 543 kasus korban meninggal dua orang. Dengan pencanangan ini bisa mengurangi angka DBD," katanya.

Ia seringkali menerima aduan agar ada fogging atau pengasapan. Namun demikian hal itu merupakan upaya terakhir untuk pemberantas DBD. Ada hal yang lainnya bisa dilakukan yakni dengan pemberantasan sarang nyamuk, dengan memberantas jentik.

Masyarakat diharapkan tidak hanya memantau saja, namun juga ikut memberantas sarang nyamuk melalui PSN dengan cara 3M. "Partisipasi aktif masyarakat terus diharapkan demi mendukung sistem surveilance padukuhan siaga dengan memantau vektor di wilayah masing-masing," kata dia.

Badingah menginstruksikan jajaran satuan kerja perangkat daerah (SKPD) untuk menyatukan potensi pemberantasan DBD untuk melakukan langkah riil.

"Pemberantasan DBD tidak hanya tanggung jawab Dinas Kesehatan," katanya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Gunung Kidul Agus Prihastoro mengungkapkan kasus DBD di Gunung Kidul setiap tahunnya meningkat. Pada 2010 ada 16 kasus, pada 2011 meningkat menjadi 49 orang, 2012 ada 78 kasus, 2013 ada 351 kasus dengan satu korban jiwa, 2014 ada 379 kasus dengan dua korban jiwa. Kemudian pada 2015 ada 500 orang dengan kematian empat orang. Selanjutnya, 2016 ada 543 kasus korban meninggal dua orang.

"Semoga tidak bertambah," katanya. Agus mengatakan dengan adanya program KPJ diharapkan menekan kasus DBD. "Mencanangkan satu rumah jumantik gerakan bersama dalam upaya pemberantas DBD," katanya. ***4***

(KR-STR)

Pewarta :
Editor: Victorianus Sat Pranyoto
COPYRIGHT © ANTARA 2024