Yogyakarta (Antara Jogja) - Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta dalam memperingati Milad Ke-73 menggelar Festival Hadrah untuk mengapresiasi dan melestarikan kesenian hadrah sebagai salah satu kesenian Islam.
"Kesenian hadrah merupakan salah satu bentuk akulturasi kesenian lokal dan Islam yang telah lama eksis di tengah masyarakat. Hadrah tidak hanya menjadi sarana hiburan, tetapi juga sebagai bentuk syiar agama Islam," kata Ketua Panitia Milad Ke-73 UII Priyonggo Suseno.
Nilai-nilai Islam, kata dia, sejatinya tidak hanya nampak dalam kegiatan peribadatan semata. Lebih dari itu, nilai Islam juga dapat ditemukan dalam kesenian yang tumbuh di wilayah nusantara, yang terus
dilestarikan hingga kini.
Menurut dia, penyelenggaraan Festival Hadrah dimaksudkan untuk melestarikan kesenian-kesenian Islami yang ada di masyarakat. UII merasa terpanggil untuk berperan serta dalam menyebarkan dan memelihara kesenian tersebut agar tetap lestari di tengah masyarakat.
"Festival itu terbuka untuk umum dan gratis. Kegiatan itu diharapkan dapat berlangsung secara reguler ke depan," katanya.
Ia mengatakan Festival Hadrah yang berupa lomba itu diikuti 20 grup terpilih dari Klaten, Kudus, Kebumen, Purbalingga, Jawa Tengah, dan grup dari Daerah Istimewa Yogyakarta.
"Setiap grup membawakan dua lagu yaitu lagu wajib An-Nabi Shollu Alaih dan lagu bebas berupa sholawat/qosidah berbahasa Arab. Lomba mendatangkan juri yang telah berpengalaman pada penjurian lomba hadrah lokal maupun nasional," katanya.
Selain lomba hadrah, festival itu juga menampilkan Tarian Saman oleh mahasiswa UII yang pada akhir Oktober 2016 terpilih mewakili Indonesia pada ajang lomba tari internasional di Turki.
"Lomba hadrah memperebutkan sejumlah hadiah dengan total Rp15 juta dan trofi," kata Priyonggo.
Juara I lomba hadrah diraih grup Futuhatu Syabab dari Klaten), juara II Kethu Baris (Wonosobo), dan juara III Al Piars (Wonosobo). Juara harapan I sampai III masing-masing diraih Syifaul Qulub (Purbalingga), EL-Wahdah (Kudus), dan Yadal Fataa Putra (Yogyakarta).
Para juara memperoleh trofi dan uang pembinaan yang diserahkan oleh Rokhedi Priyo Santoso dan Achmad Tohirin selaku panitia penyelenggara.
(B015)
Berita Lainnya
Festival "Ngarak Telok Serujo" lestarikan warisan budaya lokal
Selasa, 30 April 2024 16:33 Wib
Pentas seni "caping kalo" lestarikan tradisi agar tak punah
Minggu, 28 April 2024 5:29 Wib
Pemkab Gunungkidul membentuk Kampung Hanacara lestarikan budaya lokal
Senin, 22 April 2024 17:42 Wib
Lomba permainan "letup meriam" lestarikan budaya tradisional
Rabu, 3 April 2024 2:43 Wib
Lestarikan gajah melalui Program konservasi PHR
Sabtu, 30 Maret 2024 6:11 Wib
Kelompok Tani Sleman lestarikan tradisi "wiwitan" jelang panen
Rabu, 27 Maret 2024 22:34 Wib
Mahasiswa UIN Saizu lestarikan seni tradisional agar tak punah
Rabu, 27 Maret 2024 9:46 Wib
Lestarikan kearifan lokal untuk jaga persatuan bangsa Indonesia
Senin, 25 Maret 2024 5:58 Wib