Wedomartani gelar budaya "Daur Kehidupan dan Kematian"

id desa budaya wedomartani

Wedomartani gelar budaya "Daur Kehidupan dan Kematian"

Salah satu upacara adat "Mitoni" yang ditampilkan dalam Gelar Potensi Desa Budaya Wedomartani, Sleman bertajuk "Daur Kehidupan dan Kematian", Selasa 27 September 2016. (Foto Humas Sleman)

"Daur kehidupan yang dimaksud adalah prosesi dari awal manusia lahir hingga mati (daur kematian) sesuai adat di Desa Wedomartani," kata Sekretaris Desa Wedomartani Sumartana
Sleman, (Antara Jogja) - Desa Wedomartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, menyelenggarakan Gelar Potensi Desa Budaya bertajuk "Daur Kehidupan dan Kematian" di balai desa setempat, Selasa.

Sekretaris Desa Wedomartani Sumartana mengatakan bahwa pelaksanaan Gelar Potensi Desa Budaya menitikberatkan pada pengenalan nilai-nilai kearifan adat dan budaya dalam daur kehidupan.

"Daur kehidupan yang dimaksud adalah prosesi dari awal manusia lahir hingga mati (daur kematian) sesuai adat di Desa Wedomartani," katanya.

Ia mengatakan kegiatan upacara daur hidup yang ditampilkan meliputi "mitoni" (peringatan tujuh bulan kehamilan), "mendhem ari-ari" (mengubur ari-ari), "brokohan" (bancakan/selamatan pemberian nama bayi), "puputan" (copotnya tali pusar), "sepasaran" (peringatan lima hari), "selapanan" (peringatan 35 hari), "tedhak siten" (bayi menginjak tanah pertama kali).

"Kemudian khitan, pernikahan, dan daur kematian menampilkan prosesi pemulasaran jenazah," katanya.

Ia mengatakan, kegiatan daur kehidupan dan daur kematian merupakan prosesi yang berkesinambungan dan dikemas sesuai adat budaya di Desa Wedomartani agar generasi selanjutnya dapat melanjutkan tradisi yang sudah ada.

"Acara Gelar Potensi Desa Budaya tersebut merupakan acara dua tahunan yang diselenggarakan Dinas Pariwisata DIY karena Desa Wedomartani salah satu Desa Budaya di DIY yang telah dikukuhkan sejak 1995. Gelar Potensi Desa Budaya yang kami selenggarakan selain sebagai upacara Merti Desa juga sekaligus menjadi kegiatan evaluasi tahunan Desa Budaya dari Dinas Pariwisata DIY," katanya.

Dalam acara tersebut ditampilkan seluruh kegiatan adat budaya yang masih dijalankan warga Wedomartani seperti upacara adat kemasyarakatan meliputi bersih dusun, nyadran dan "wiwit" (selamatan panen padi).

Berbagai kesenian juga ditampilkan dalam acara tersebut seperti jathilan, badui, gejog lesung, dan hadroh.

"Desa Wedomartani mengembangkan kebudayaannya secara selektif dengan pendekatan sosial budaya," katanya.

Ia mengatakan, budaya masyarakat Desa Wedomartani dikembangkan dalam bentuk gotong-royong yang merupakan ciri khas masyarakat pedesaan.

"Dengan sistem gotong royong ini dapat memenuhi kebutuhan baik individu maupun kepentingan umum seperti ketika salah satu warga yang mempunyai hajad maka warga lain akan datang untuk membantu. Dalam kepentingan umum seperti perbaikan fasilitas umum yang dikerjakan secara kerja bakti," katanya.***4***

(V001)

Pewarta :
Editor: Victorianus Sat Pranyoto
COPYRIGHT © ANTARA 2024