SPS gelar Pesta Puisi Akhir Tahun

id puisi

Yogyakarta, (Antara Jogja) - Studio Pertunjukan Sastra Yogyakarta kembali menggelar acara Pesta Puisi Akhir Tahun pada Sabtu 24 Desember 2016, pukul 19.30 WIB di Amphiteater Taman Budaya Yogyakarta.

"Acara ini sekaligus menandai perjalanan Bincang-bincang Sastra yang sudah digelar hingga edisi ke 134," kata koordinator acara Latief S Nugraha, Rabu.

Menurut dia, berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, dalam Pesta Puisi Akhir tahun 2016 ini Studio Pertunjukan Sastra (SPS) menerbitkan sebuah buku kumpulan puisi dengan judul yang sekaligus tema acara yakni Yogya Halaman Indonesia.

"Buku tersebut berisi puisi-puisi karya para penyair (di) Yogyakarta yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia," katanya.

Ia mengatakan, para penyair itu ialah, Ardy Priyantoko (Wonosobo), Bayu Aji Setiawan (Siak Sri Indrapura), Bustan Basir Maras (Majene), Daruz Armedian (Tuban), Hasta Indriyana (Gunungkidul), Indrian Koto (Padang), Irwan Bajang (Lombok Timur), Jingga Gemilang (Aceh Timur), Komang Ira Puspita (Denpasar), Retno Darsi Iswandari (Sleman), Shohifur Rido Ilahi (Sumenep), dan Yopi Setia Umbara (Bandung).

"Dalam acara ini, puisi-puisi mengenai kampung halaman masing-masing penyair akan dibacakan. Selain pembacaan puisi, akan ditampilkan pula pertunjukan musik puisi, tari puisi, dan teaterikal puisi oleh KMSI UNY, Sanggar Suar, Sanggar Rupagangga, Sanggar Serat Jiwa, dan Teater Topy. Tidak hanya itu, Muhidin M. Dahlan atau yang akrap disapa Gus Muh, akan menyampaikan orasi budaya sebagai refleksi perjalanan dunia kepenyairan di Yogyakarta hingga 2016 ini," katanya.

Latief mengatakan, melalui acara Pesta Puisi Akhir Tahun, SPS mencoba menghadirkan potensi-potensi para penyair di Yogyakarta, melihat keberagaman latar belakang penyair yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia.

"Beberapa tahun silam SPS mengangkat konsep serupa namun belum digagas mengenai adanya antologi puisi sebagai arsip peristiwa budaya tersebut. Oleh karena itu, di tahun 2016 ini SPS kembali mengundang sejumlah penyair untuk mengirimkan puisi tentang kampung halamannya dan membacakannya," katanya.

Ia mengatakan, banyak penyair atau sastrawan dari berbagai daerah yang berproses kreatif dan kemudian bermukim di Yogyakarta. Dalam sebuah puisi, penyair Indrian Koto menyebutkan bahwa Yogyakarta adalah tanah "kelahiran kedua".

"Hal ini dapat dipahami bahwa mereka memiliki kampung halaman tempat kelahiran di daerah masing-masing, dan Yogyakarta adalah kampung halaman kedua tempat mereka kembali terlahir sebagai penyair," katanya.

Ketua Studio Pertunjukan Sastra Mustofa W Hasyim mengatakan, tidak salah kiranya jika menyebut bahwa Yogyakarta adalah halaman Indonesia. Banyak orang-orang dari berbagai daerah hidup dan berkarya di daerah istimewa ini. Keragaman itulah kekayaan Indonesia yang dalam hal ini tercermin lewat keberadaan masyarakat di Yogyakarta. Jika Jakarta adalah Ibukota negara, maka Yogyakarta adalah halamannya.

"Akhir-akhir ini banyak isu yang seakan memecah-belah nilai persatuan dan kesatuan bangsa. Sementara keberagaman itu sendiri sesungguhnya merupakan sifat keindonesiaan kita. Indonesia bukan merupakan batu sebesar truk, melainkan kerikil sebanyak satu truk," katanya.

Ia mengatakan, hal tersebut perlu disadari dan dikukuhkan. Apa lagi saat ini Yogyakarta tengah diguncang isu tidak sedap dengan adanya tindak kekerasan yang dilakukan oleh pelajar. Hal ini memalukan sekaligus memilukan. Yogyakarta sebagai Kota Pelajar, Kota Pendidikan seyogianya menjadi tempat yang aman dan nyaman untuk belajar.

"SPS melalui acara Pesta Puisi Akhir tahun ini mencoba mempertemukan tegur sapa antarbudaya yang ada di Indonesia guna merawat persaudaraan masyarakat Yogyakarta," katanya.

Menurut dia, buku kecil Yogya Halaman Indonesia menjadi gambaran betapa Yogyakarya yang juga kecil ini menyimpan banyak potensi kekayaan Indonesia. Puisi-puisi tentang kampung halaman, tentang kerinduan, tentang tempat-tempat yang mengesankan, tentang hal-hal yang khas dan tidak dijumpai di daerah lain, tentang masa lalu yang bahagia dan pilu hadir dalam kebersamaan.

"Semoga hal ini dapat menegaskan bahwa Indonesia yang tersusun dari batu suku bangsa yang berbeda-beda ini dapat menjadi bangunan kokoh dalam persatuan dan kesatuan. Mewakili keluarga besar Studio Pertunjukan Sastra, saya ucapkan terima kasih setulus-tulusnya kepada para penyair yang telah bersedia mengirimkan dan bersedia membacakan puisi-puisinya," katanya.***4***

(V001)