Sjamsiah ingatkan sejarah perjuangan Kowani di kancah internasional

id temu nasional seribu organisasi perempuan,kowani

Sjamsiah ingatkan sejarah perjuangan Kowani di kancah internasional

Persiapan tempat Sidang Umum ke-35 ICW dan Temu Nasional Seribu Organisasi Perempuan Indonesia di Hotel Grand Inna Malioboro, Yogyakarta, 11-20 September 2018. ( (Foto Panitia Pelaksana) (Foto Panitia Pelaksana/)

Yogyakarta  (Antaranews Jogja) - Tokoh perempuan Indonesia yang pernah berkiprah sebagai Diplomat Hak Asasi Perempuan di PBB Sjamsiah Achmad mengingatkan bahwa jejak perjuangan Kongres Wanita Indonesia di kancah internasional sudah dimulai sejak puluhan tahun lalu.
   
“Kongres Wanita Indonesia (Kowani) yang didirikan pada 1928, selalu menjadi wakil Indonesia di ajang pertemuan PBB karena saat itu Indonesia belum memiliki kementerian khusus pemberdayaan perempuan,” kata Sjamsiah saat menjadi pembicara pada Panel Temu Nasional Seribu Organisasi Perempuan Indonesia di Yogyakarta, Jumat.
   
Menurut dia, salah satu kontribusi Kowani adalah saat Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menetapkan 1972 sebagai tahun perempuan internasional dan menetapkan penyelenggaraan konferensi dunia pertama tentang kedudukan perempuan pada 1975.
   
Sebelumnya, lanjut dia, Kowani bahkan memiliki peran dalam menyusun kebijakan dan keputusan serta kesepakatan internasional dalam pembentukan Komisi Kedudukan Perempuan pada 1946.
   
“Artinya, Kowani memiliki peran penting dalam mempengaruhi kebijakan dunia tentang perempuan,” katanya.
   
Sedangkan pada konferensi tentang Komisi Kedudukan Perempuan pada 1975 yang digelar di Mexico City, Indonesia sudah hadir sebagai negara yang diwakili oleh Menteri Kesejahteraan Rakyat
   
“Dalam pertemuan tersebut, ada tiga hal yang menjadi keputusan yaitu kesetaraan antara laki-laki dan perempuan, hak yang setara dalam pembangunan, dan perdamaian,” katanya.
   
Peran perempuan Indonesia untuk pencapaian kesetaraan antara perempuan dan laki-laki juga diteruskan pada konferensi-konferensi berikutnya termasuk saat menentukan tema pada 1980 yaitu kesetaraan dalam bidang pendidikan, kesehatan dan ketenagakerjaan.
   
“Saat ini pun, tema yang ditetapkan puluhan tahun lalu masih cukup relevan. Bahkan, yang saat ini perlu mendapat perhatian di Indonesia adalah pada bidang kesehatan perempuan,” katanya.
   
Sjamsiah menyebut, kondisi kesehatan perempuan perlu mendapatkan perhatian lebih karena perempuan memiliki peran yang sangat penting untuk membentuk generasi-generasi penerus bangsa yang berkualitas.
   
“Bagaimanapun juga, perempuan memberikan pengaruh yang kuat terhadap kualitas generasi penerus yang akan dimiliki Indonesia,” katanya.
   
Sedangkan di bidang pekerjaan, Sjamsiah yang juga sudah meluncurkan buku berjudul Matahari dari Sengkang Wajo tersebut juga menyoroti tentang belum setaranya laki-laki dan perempuan di dunia kerja.
   
Sjamsiah mendorong agar perjuangan yang dilakukan kaum perempuan melalui berbagai organisasi di dalam negeri maupun di kancah internasional harus selalu diteruskan dengan tujuan utama menata masa depan perempuan dan bangsa.
   
Oleh karena itu, ia pun berpesan agar perempuan Indonesia harus memiliki modal yang cukup untuk bekiprah dalam mendukung peran secara perjuangan internasional, salah satunya penguasaan bahasa yang mumpuni.
   
“Penguasaan Bahasa Indonesia tentu mutlak dimiliki. Tetapi, perempuan juga harus bisa menguasai beberapa bahasa asing agar lebih mudah dalam melakukan perjuangan di kancah internasional. Mulai dari Bahasa Inggris hingga penguasaan Bahasa Prancis,” katanya. 
(E013)
Pewarta :
Editor: Herry Soebanto
COPYRIGHT © ANTARA 2024