Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis kedokteran olahraga menjelaskan kondisi olahraga yang bisa berdampak pada pembakaran lemak tubuh baru bisa dicapai jika detak jantung mencapai di atas 100 degup per menit (beat per minute/bpm).
Dr Zaini K Saragih dari RS MMC mengatakan di Jakarta, Rabu, apabila seseorang hanya melakukan olahraga santai seperti peregangan yang detak jantungnya tidak melebihi 100 bpm tidak akan bisa membakar lemak.
Tubuh seseorang di usia 20 tahun hingga 40 tahun baru bisa membakar lemak apabila melakukan olahraga dengan detak jantungnya berada di kisaran 108-120 bpm.
Irama detak jantung tersebut bisa didapatkan dengan berolahraga angkat beban yang juga berefek pada kebugaran seseorang.
Namun apabila orang pada usia yang sama berolahraga hingga detak jantungnya mencapai 126-140 bpm, efek pembakaran lemak dari olahraga tidak lagi didapatkan dan jadi beralih pada peningkatan ketahanan tubuh seseorang.
Olahraga yang mencapai irama detak jantung tersebut adalah olahraga aerobik atau kardio seperti lari, bersepeda, berenang, dan lainnya.
"Orang yang olahraganya hanya lari tidak akan membakar lemak," kata Zaini.
Kendati demikian, apabila seseorang berlari dengan menaik turunkan intensitas yang kemudian berpengaruh pada penurunan irama detak jantung bisa mendapat efek pembakaran lemak.
Zaini menjelaskan secara ilmiah ada empat jenis olahraga, yakni endurance, strength, balance, dan flexibility.
Endurance berfungsi meningkatkan detak jantung. Manfaatnya untuk menjaga jantung, sistem peredaran darah, dan meningkatkan kebugaran. Strength berfungsi untuk melatih otot, Balance membantu mencegah terjatuh saat beraktivitas, dan Flexibility untuk melenturkan otot-otot yang tegang.
Olahraga yang benar dilakukan secara bertahap dimulai dengan pemanasan termasuk peregangan selama 5-10 menit, dilanjutkan dengan latihan inti 20-60 menit, diakhiri dengan pendinginan 5-10 menit.